Reporter: Agung Hidayat | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketimbang urusan permintaan pasar, saat ini industri dan perkebunan kopi memiliki hambatan yang lebih krusial yakni distribusi dan transportasi logistik untuk memenuhi kebutuhan kopi dunia. Soal pasar, Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) bilang, hingga saat ini untuk permintaan di tingkat global belum ada indikasi pelemahan.
"Permintaan di pasar tidak ada masalah walau Covid-19 ini mewabah, cuma masalah utama kami ialah logistik dan kesulitan mendapatkan jadwal angkut kapal, belum lagi ketersediaan kontainer," terang Moelyono Soesilo, Wakil Ketua Umum AEKI kepada Kontan.co.id, Jumat (3/4).
Sehingga usaha Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mencari pasar baru bagi komoditas perkebunan, antisipasi melemahnya permintaan dari China, tidak terlalu relevan bagi industri kopi. Menurut Moelyono, yang perlu disoroti ialah bagaimana jalur distribusi eksportir kopi dapat berjalan lancar.
Baca Juga: Kementan siapkan strategi untuk dorong ekspor komoditas pertanian di luar China
Saat ini pelabuhan dan administrasi buka dengan waktu yang terbatas, tak jarang pengiriman kopi ke luar negeri bisa delay hingga tiga hari lebih. Padahal potensi ekspor masih besar, walau AEKI belum membidik pertumbuhan yang tinggi di tahun ini.
Sedikit banyak wabah virus corona akan berakibat pada konsumsi, Moelyono bilang asosiasi berharap setidaknya penjualan ekspor dapat menyamai dengan tahun lalu. Secara perolehan nilai, ekspor tahun lalu memang mengalami kenaikan tinggi mencapai 35% year on year (yoy).
Volume penjualan ekspor kopi, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) memang mengalami kenaikan dimana tahun 2018 hanya 280.000 ton. Sementara di tahun 2019 kemarin volume ekspor kopi Indonesia mencapai 359.000 ton.