Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .
Punya networking luas
Beberapa catatan Agus ialah, pertama direksi dan komisaris harus punya integritas terhadap negara, kedua orang tersebut juga pembelajar cepat dan cerdas. "Lalu dia harus sudah dalam keadaan kenyang, supaya tidak cari-cari kesempatan (korupsi) karena lapar," terangnya.
Yang terakhir ialah pemangku jabatan di BUMN harus punya networking yang baik dan luas mulai dari aparat, media, NGO dan sebagainya. Agar bisa memuluskan kerja perusahaan yang di lapangan terkadang berhadapan dengan lika-liku birokrasi yang kaku, bawahan yang tidak jujur dan bermacam persoalan manajemen peninggalan pendahulunya.
Di masa pandemi ini, Agus mengakui tak mudah untuk merombak dan meningkatkan kinerja BUMN. Padahal perusahaan plat merah sering jadi sorotan publik, ia mencontohkan misalnya saat kasus penyelundupan komponen motor dan sepeda oleh Garuda Indonesia.
Sementara itu beberapa BUMN mendapatkan apresiasi positif, seperti di sektor transportasi dan kelautan, PT Kereta Api Indonesia dan Pelindo. Sedangkan yang akhir-akhir ini perombakan terjadi juga di Pertamina, Agus menilai usai di periode pertama pemerintahan fokus di transportasi, di periode kedua ini tampaknya ada keinginan fokus menata BUMN di sektor energi.
Baca Juga: Defisit APBN bengkak hingga 6%, Menkeu berharap Covid-19 bisa diatasi di kuartal III
Sebelumnya Staf Khusus (Stafsus) Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan proses bongkar pasang petinggi BUMN terjadi melalui alur yang cukup panjang. Kandidat pimpinan atau talent pool dipilih dari sekelompok orang yang dinilai berkualitas dan memiliki talenta.
Talent pool tersebut berasal dari pegawai karir BUMN maupun luar BUMN, dimana porsi kandidat eksternal BUMN bahkan ditambah dari 10% menjadi 30%. Kandidat pimpinan itu akan diseleksi oleh tim dari kedeputian SDM, setelahnya diberikan ke Wakil Menteri (Wamen) BUMN yang membawahi sektoral BUMN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News