kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Persaingan Antar Provider Internet Dinilai Masih Sehat


Kamis, 10 November 2022 / 19:23 WIB
Persaingan Antar Provider Internet Dinilai Masih Sehat
ILUSTRASI. Persaingan antar penyelenggara internet atau provider internet masih tergolong sehat.. REUTERS/Valentyn Ogirenko


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute sekaligus Pengamat Telekomunikasi Heru Sutadi mengatakan saat ini persaingan antar penyelenggara internet atau provider internet masih tergolong sehat.

Menurutnya, internet tidak dijual dengan promo gila-gilaan sehingga antar provider tidak saling menjatuhkan dalam memasarkan produknya sebagaimana yang terjadi beberapa tahun lalu.

"Hanya, sekarang pengguna yang harus lebih selektif dalam memiliki penyedia, sebab banyak penyedia yang hanya sekadar menawarkan tapi kualitasnya tidak terjaga. Misalnya, kecepatan internet yang ditawarkan berbeda dengan kecepatan real yang dirasakan pengguna. Belum lagi output yang kurang bagus dan latency yang tinggi. Soal QoS ini harus menjadi perhatian regulator karena bisa dirasa hanya gimmick penyedia internet," jelasnya kepada Kontan, Kamis (10/11).

Baca Juga: Kominfo Sebut Migrasi ke TV Digital Bisa Untungkan Industri Televisi Swasta

Sebagai informasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dalam Selular Congres 2022 menyebut tarif internet di Indonesia paling murah di Asia Tenggara.

Dari 12 negara di Asia Tenggara, tarif internet Indonesia menduduki posisi paling buncit. Nilai rata-rata tarif internet di Indonesia yakni Rp 6.028 per 1 Gigabyte (GB) dan Vietnam yang menduduki posisi ke-11 nilainya Rp 7.030 per 1 GB. Setelah itu, tarif internet 10 negara lainnya di Asia Tenggara harganya sudah lebih dari Rp 11.000 per 1 GB. Tarif internet paling mahal yakni Brunei Darussalam yakni Rp 32.014 per 1 GB.

Murahnya tarif internet di Indonesia secara psikologis memang menguntungkan konsumen karena lebih terjangkau. Namun hal ini tanpa disadari juga membuat kecepatan jaringan internet menjadi lambat dan mengancam ekosistem bisnis lainnya.

Menanggapi hal itu, Heru mengatakan, sampai saat ini kita tidak tahu apakah internet Indonesia mahal atau murah. Hal itu karena regulator tidak pernah menyampaikan kepada publik berapa hitungan ongkos produksi internet per Mbps misalnya atau per GB. Sehingga, sulit dibilang tarif kita mahal atau murah.

Baca Juga: Link Net dan XL Axiata Luncurkan Layanan Konvergensi Internet Lewat Produk Kolaborasi

Dari beberapa bechmark, lanjut Heru, arahnya nanti adalah kecepatan 100 Mbps langganannya hanya Rp100.000.

"Untuk meraih pelanggan lebih banyak, pertama tarifnya harus jujur, fair. Kedua, layanan pengaduan cepat direspon. Dan ketiga, kualitas dijaga," pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×