Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Zhejiang Huayou Cobalt Co (Huayou) mengungkap adanya langkah panjang sebelum pihaknya siap memproduksi baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
Menurut Direktur ESG dan Sustainibility Huayou, Bryce Lee saat ini Huayou berada dalam produksi katoda di Indonesia.
Asal tahu saja, katoda adalah bagian dari sel baterai yang merupakan tempat terjadinya aliran listrik. Di dalam katoda dibutuhkan kandungan nikel yang tinggi, yang berfungsi sebagai bahan aktif untuk menyimpan energi.
"Ada tahapan panjang sebelum baterai, untuk membentuk katoda diperlukan pemurnian (refinery) prekusor. Sekarang, kami mencoba bekerja dengan arahan kebijakan nasional Indonesia untuk menambahkan nilai (dari nikel)," kata Bryce saat ditemui di agenda ESG Forum 2025, Jakarta Senin (2/6).
Baca Juga: Huayou Gandeng UN Global Compact Luncurkan Jaringan Aksi SDGs China-Indonesia
Bryce menyebut, saat ini pihaknya telah berinvestasi di Indonesia dalam empat tahap, yaitu pada tahap tambang, pemurnian awal, pemurnian akhir hingga pembuatan pabrik katoda.
"Jadi, kami telah berinvestasi dua tahap lagi mulai tahun lalu," tambahnya.
Dirinya juga menambahkan bahwa Indonesia menjadi negara tujuan pertama Huayou untuk mengembangkan katoda berbasis nikel. Sebelumnya, Huayou telah melirik beberapa negara penghasil nikel lainnya seperti, Jerman, Kuba, Rusia hingga Filipina.
"Kami adalah perusahaan baru, tahun 2018 kami memulai di Indonesia. Untuk katoda, hampir semuanya (investasi) di Indonesia," katanya.
Produksi katoda Hyuayou di Indonesia saat ini diserap oleh beberapa perusahaan baterai yang memproduksi baterai untuk kendaraan listrik (EV). Seperti EVE Energy, Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL), BYD, hingga Automotive Cells Company (ACC).
"Setiap (baterai) cell company membeli (katoda) dari kami dan mereka akan jual juga ke perusahaan otomotif," jelasnya.
Melansir website Hyuayou Indonesia, Hyuayou telah mengembangkan beberapa proyek di Tanah Air.
Seperti proyek smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) PT Huayue Nickel Cobalt yang terletak di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
Proyek HPAL Huafei, yang digerakkan melalui PT Huafei Nickel Cobalt di IWIP merupakan proyek HPAL yang mulai dibangun pada 2021 dan mencapai uji produksi pada Juni 2023 dengan kapasitas tahunan 120.000 ton nikel di MHP.
Proyek RKEF Huake, yang dijalankan oleh PT Huake Nickel Indonesia dan PT Youshan Nickel Indonesia di Weda Bay Industrial Park (IWIP).
Proyek KNI HPAL, atau proyek PT Kolaka Nickel Indonesia yang dijalankan Zheijang Huayou Cobalt Co. bersama PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan Ford Motor Company yakni smelter HPAL yang akan memproduksi 120.000 ton nikel dalam MHP di Pomalaa, Sulawesi Tenggara.
Baca Juga: Menteri Rosan: Group Huayou Siap Tambah Investasi Hingga US$ 20 Miliar di Indonesia
Proyek HPAL IPIP Pomala yang terletak Pomalaa Industry Park (IPIP), Sulawesi Tenggara dan telah ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN).
Dan proyek Sorowako, Proyek Sorowako merupakan bentuk kerja sama lain antara Huayou Cobalt dan Vale Indonesia setelah proyek HPAL di Pomalaa.
Yang terbaru, Huayou dikabarkan akan melakukan groundbreaking untuk fasilitas produksi ekosistem baterai bersama dengan BUMN dan IBC.
Dalam catatan Kontan, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengungkap Maluku Utara akan menjadi tempat produksi katoda, sedangkan produksi baterai shell 20 gigawatt akan dilakukan di Jakarta.
"Untuk Huayou lokasinya di Maluku Utara, bukan berada di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang bertempat di Pulau Morotai," kata Bahlil di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Jakarta Pusat, Jumat (23/5).
Selanjutnya: Dana Pihak Ketiga Nasabah Perorangan Tergerus, Laba Bank bisa Menurun
Menarik Dibaca: Pasar Saham dan Obligasi Hancur, Robert Kiyosaki Bilang Orang Rame-Rame Beli Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News