Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupih masih terus melempem terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dengan kondisi ini tentu akan semakin menekan industri-industri yang memiliki keterkaitan dengan barang impor.
Bisnis konstruksi menjadi salah satu sektor yang banyak menerima dampak negatif dari tekanan nilai kurs tersebut. Maklum, sektor ini masih sangat bergantung pada material impor.
Mahmilan Sugiyo, Sekretaris Perusahaan PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) mengatakan, pelemahan rupiah secara signifikan akan membuat persaiangan bisnis konstruksi lebih berat karena harga bahan bangun terutama dari impor akan melonjak.
Pelemahan tersebut akan berdampak terhadap biaya pembangunan akibat harga harga bahan bangunan khususnya terhadap bahan-bahan yang masih harus diimpor dari Luar Negeri atau bahan yang mengandung komponen impor ikut terkerek.
Untuk menyiasati pelemahan rupiah itu, TOTL akan melakukan strategi renegoasiasi kontrak dengan pemilik proyek jika dampak ke pembengkakan biaya pembangunan cukup signifikan.
"Untuk proyek-proyek yang sudah berjalan kita akan melakukan re-negosiasi dengan para stakeholders apabila biaya pembangunan proyeknya memang benar-benar terpengaruh secara signifikan dengan adanya pelemahan rupiah,"kata Mahmilan kepada Kontan.co.id, Kamis (5/7).
Sementara terhadap kontrak-kontrak yang sedang dibidik dan belum didapat, TOTL akan melaakukan penyesuaian harga sejalan dengan pelemahan nilai tukar itu. TOTL berharap kepada regulator terkait bisa secara bijak memanfaatkan instrumen-instrumen yang dimiliki untuk mengendalikan nilia tukar sehingga pelemahannya tidak semakin dalam.
Kondisi berbeda ditunjukan PT Acset Indonusa Tbk (ACST). Perusahaan ini belum merasakan pengaruh dari pelemahan rupiah tersebut terhadap bisnis mereka. Pasalnya, perusahaan sudah melakukan antisipasi gejolak nilai tukar sebelumnya sejak mendapatkan kontrak proyek-proyek.
"Untuk saat ini belum ada pengaruh pelemahan rupiah ini karena kontrak kami semua dalam rupiah. Sementara untuk material sudah di lock harganya sejak kami dapatkan proyek," kata Maria Cesilia Hapsari, Sekretaris Perusahaan ACST.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News