kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertamina bakal kaji ulang seluruh kontrak LNG termasuk dengan LNG Mozambique


Selasa, 09 Februari 2021 / 15:05 WIB
Pertamina bakal kaji ulang seluruh kontrak LNG termasuk dengan LNG Mozambique
ILUSTRASI. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati


Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari

Kemudian pada 13 Februari 2019 Pertamina dan Mozambique melakukan penandatanganan kontrak jual beli atau Sale Purchase Agreement (SPA). Nicke mengungkapkan pengiriman akan dimulai pada akhir 2024 atau awal 2025 mendatang.

Dia menjelaskan, ada sejumlah alasan mengapa Pertamina memilih LNG Mozambique sebagai supplier untuk pemenuhan LNG. 

Dari sisi harga, harga LNG Mozambique dinilai kompetitif. "Harga kontrak Mozambik in i kompetitif untuk kontrak jangka panjang dibanding kontrak lain yang sudah berjalan selama ini," jelas Nicke.

Selain itu, periode pengiriman dan volume dalam kontrak dinilai memiliki fleksibilitas.

Terakhir keamanan pasokan, Nicke mengungkapkan Mozambik memiliki banyak sumber gas dan fasilitas khusus yang dibangun. Hal ini menjadi nilai plus dalam hal keamanan suplai LNG Mozambique.

Kendati demikian, Nicke tak membantah Pertamina tengah mengkaji ulang kontrak yang ada.

"Namun mengingat situasi pandemi Covid-19 yang kita belum tahu sampai kapan, kita  melihat ada penurunan demand. jadi hari ini sebagai langkah prudent dan sesuai prinsip Good Corporate Governance (GCG) Pertamina melakukan review kembali agar tidak terjadi impact ke korporasi," kata Nicke.

Ia menambahkan, Pertamina juga masih menanti proyeksi supply dan demand gas dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang akan difinalisasi pemerintah.

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengungkapkan, langkah pembatalan kontrak yang dilakukan Pertamina terbilang tepat.

"Ada dugaan mafia migas di balik keputusan blunder tersebut. Kalau benar, maka pembatalan kontrak sudah sangat tepat," ujar Fahmy kepada Kontan.co.id, Januari lalu.

Baca Juga: Konsumsi LPG 3 kg terus naik, kriteria penerima yang tak jelas jadi isu penting

Fahmy menambahkan, langkah Pertamina sebelumnya yang hendak melakukan impor dalam jangka panjang justru hanya membebani defisit neraca perdagangan. Bahkan menurutnya, pertimbangan harga yang murah dan kualitas yang baik bukan merupakan alasan yang tepat.

Fahmy menambahkan penetapan kontrak jangka panjang pastinya mempertimbangkan perkiraan kuantitas dan harga, sayangnya untuk jangka waktu 20 tahun maka harga komoditas berpotensi mengalami fluktuasi dan bukan tidak mungkin justru merugikan Pertamina.

Tak hanya Pertamina, PT Perusahaan Listrik Negara juga bisa ikut menderita rugi jika nantinya harga komoditas lebih rendah dari harga yang disepakati. "PLN menanggung opportunity loss, sebaliknya Pertamina diuntungkan opportunity gain," jelas Fahmy.

Selanjutnya: Pertamina proyeksi impor premium turun sedangkan impor pertamax bakal melesat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×