kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertamina coba kurangi impor minyak mentah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri


Kamis, 27 September 2018 / 20:53 WIB
Pertamina coba kurangi impor minyak mentah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
ILUSTRASI. ARMADA KAPAL PERTAMINA


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) masih terus melakukan impor minyak mentah (crude) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Data dari Kementerian ESDM, kebutuhan minyak mentah dan produk BBM Indonesia mencapai 1,3 juta sampai 1,4 juta barel per hari (bph).

Senior Vice President Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina, Toto Nugroho menjelaskan saat ini Pertamina masih butuh impor crude mencapai kisaran antara 350.000 bph sampai 400.000 bph. 

"Kita kan butuh untuk kilang sekarang run 900.000an barel. Produksi dalam negeri dari GOI (Goverment of Indonesia) 500.000an. Jadi impor itu sekitar 350.000 bph maksimum 400.000 bph," ujar Toto pada Rabu (26/9).

Impor crude ini dilakukan Pertamina setiap tiga bulan sekali. Jumlahnya akan naik turun berdasarkan produksi crude dalam negeri.

Makanya untuk mengurangi impor ini, pemerintah telah mengeluarkan peraturan agar Pertamina membeli crude milik KKKS. Toto menyebut peraturan ini sangat membantu Pertamina mengurangi impor crude.

Pasalnya dari produksi minyak mentah Indonesia saat ini yang berkisar 775.000 bph, hanya sekitar 500.000 bph yang bisa diolah Pertamina. Sisanya sebesar 275.000 menjadi milik KKKS.

Sejauh ini Pertamina sudah mendapatkan kesepakatan dengan tiga KKKS untuk menjual produksi crude kepada Pertamina. Namun sayangnya Toto belum mau menyebut jumlah volume crude dan tiga KKKS yang telah bersepakat dengan Pertamina.

Hanya saja dia bilang, potensi crude milik KKKS yang bisa dibeli Pertamina mencapai sebesar 225.000 bph. Jika seluruh crude KKKS ini dijual ke Pertamina, Toto mengaku ada penghematan biaya transportasi minimal US$ 600.000 per hari.

"Kalau kami dari West Africa itu rata-rata seperti Pak Wakil Menteri bilang US$ 3 sampai US$ 5 per barel. Ya lumayan, misalnya beli semua 200.000 barel kali US$ 3 per barel berapa?"imbuhnya.

Sejauh ini, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Djoko Siswanto telah menyebut ada Kontraktor yang menjual minyaknya ke Pertamina seperti Energi Mega Persada (EMP) dan Premier Oil.

EMP telah sepakat unuk menjual minyak mentah produksinya sebesar 2 juta BOPD per tahun. Djoko bilang alpha (untung) yang didapat EMP dari penjualan minyak mentah ke Pertamina mencapai US$ 2 per barel.

Selain kedua KKKS tersebut, Pemerintah juga berusaha agar ExxonMobil bisa menjual seluruh minyak mentah produksi Blok Cepu kepada Pertamina. Saat ini ExxonMobil tercatat telah menjual sebagian minyak mentahnya ke Pertamina.

Dari asumsi produksi Banyu Urip sebesar 208.000 BOPD, sebanyak 181.000 BOPD telah dijual kepada Pertamina. Minyak sebanyak 181.000 BOPD tersebut merupakan bagi hasil milik pemerintah dan DMO ExxonMobil sebesar 71%, bagi hasil PEPC sebesar 13%, dan bagi hasil milik BUMD sebesar 3%. 

Sisanya sebesar 13% dari total produksi atau sebesar 27.000 BOPD milik ExxonMobil telah terkontrak untuk diolah di kilang milik ExxonMobil.

Masih Perlu Impor BBM dan LPG

Asal tahu saja, impor crude yang dilakukan Pertamina ini hanyalah untuk memenuhi pasokan minyak mentah untuk diolah di kilang Pertamina. Sementara untuk memenuhi kebutuhan BBM, Pertamina juga masih harus mengimpor produk BBM.

Dari data yang didapat media, impor produk BBM Pertamina dari Januari hingga Agustus 2018 rata-rata mencapai sebesar 393.000 bph. Angka ini naik dari impor produk BBM sepanjang tahun 2017 yang rata-rata hanya sebesar 370.000 bph.

Kenaikan impor produk BBM Pertamina yang cukup signifikan dari Januari-Agustus 2018 adalah produk Gasoline. Impor produk gasoline naik 16.000 bph dari tahun lalu yang rata-rata sebesar 300.000 boh menjadi rata-rata sebesar 316.000 bph pada 2018.

Untuk produk Gasoil naik 6000 bph dari tahun lalu rata-rata hanya sebesar 35.000 bph menjadi 41.000 bph. Untuk produk Avtur naik tipis sebesar 1.000 bph dari 35.000 bph menjadi 36.000 bph.

Selain impor produk minyak, Pertamina juga mengimpor LPG. Toto mengaku impor LPG saat ini sebesar 70% dari kebutuhan LPG saat ini yang mencapai sekitar 7 juta ton. Ini berarti, Pertamina harus mengimpor LPG sekitar 5 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×