Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akhirnya memutuskan untuk memberikan tambahan subsidi untuk BBM jenis solar kepada PT Pertamina (Persero). Namun, besaran subsidi untuk solar belum diputuskan oleh pemerintah.
Direktur Keuangan Pertamina, Arief Budiman mengaku Pertamina dan Kementerian Keuangan masih terus membahas mengenai besaran subsidi. Terutama dampaknya terhadap kemampuan investasi Pertamina di masa depan.
Pasalnya dengan semakin besarnya selisih harga yang harus ditanggung Pertamina untuk solar dan premium, maka kemampuan investasi Pertamina akan semakin kecil. Sementara laba Pertamina masih bisa tertolong dengan adanya kenaikan harga minyak dunia.
Jika mengikuti hitung-hitungan Pertamina, debt-service coverage ratio (DSCR) atau uang yang dihasilkan dibandingkan dengan kewajiban pembayaran bunga akan menurun pada tahun 2021 hingga tahun 2022. Pasalnya Pertamina memiliki kewajiban berinvestasi di berbagai proyek strategis seperti proyek kilang minyak.
Pertamina pun memproyeksi DSCR yang saat ini berkisar di angka 6 akan bisa turun ke angka 4 bahkan 2 sampai di tahun 2021 dengan asumsi ICP yang berbeda-beda. Nah, dengan penambahan subsidi solar di range Rp 500-Rp 1000 per liter ini, Arief pun berharap investasi Pertamina ke depannya bisa lebih baik.
Sayangnya Arief belum mau menyebut dampak dari penambahan subsidi solar yang diproyeksi mencapai Rp 10 triliun tersebut kepada arus kas dan kemampuan investasi Pertamina.
"Kami akan berikan data dan informasi saja, keputusan kami kembalikan ke Pemerintah. Tentunya karena perspektifnya lebih luas," pungkas Arief.
Di sisi lain, harga minyak mentah terus menanjak. Untuk Indonesia Crude Price (ICP) bulan April saja sudah mencapai angka US$ 67,43 per barel atau naik US$ sebesar US$ 5,56 per barel dari US$ 61,87 per barel pada Maret 2018.
Asal tahu saja, Pertamina mencatatkan pendapatan pada tahun 2017 (audited) sebesar US$ 42,96 miliar atau naik sebesar 18% dibandingkan pendapatan audit 2016 US$ 36,49 miliar. Pertumbuhan pendapatan dipicu oleh naiknya penjualan minyak mentah dan produk baik di dalam negeri maupun ekspor.
Sementara itu, untuk laba Pertamina sepanjang tahun 2017 (unaudit) berkisar US$ 2,2 miliar sampai US$ 2,4 miliar. Sepanjang tahun 201, selisih harga premium yang harus ditanggung Pertamina hampir Rp 1.000 per liter dari harga premium saat ini sebesar Rp 6.450 per liter. Sementara selisih harga solar mencapai Rp 1.550 per liter dari harga solar saat ini sebesar Rp 5.150 per liter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News