Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - TANGERANG SELATAN. Shell Upstream Overseas Services (I) Limited (SUOS), anak perusahaan Shell plc, telah setuju untuk menjual hak partisipasinya dalam Kontrak Bagi Hasil Masela Indonesia (Masela PSC) kepada PT Pertamina Hulu Energi Indonesia dan PETRONAS Masela Sdn. Bhd (PETRONAS Masela).
Di dalam proyek ini, Pertamina Hulu Energi resmi mengempit 20% dan Petronas 15% hak partisipasi. Adapun Inpex Masela Ltd selaku operator mengenggam 65% hak partisipasi.
Melansir laman resmi Shell Global, pihaknya melepas 35% PI Blok Masela senilai US$ 325 juta atau setara Rp 4,87 triliun (Kurs Rp 15.000/USD) dalam bentuk tunai dengan tambahan jumlah kontingen sebesar US$ 325 juta atau Rp 4,87 triliun yang harus dibayarkan saat keputusan investasi akhir (FID) diambil pada proyek gas Abadi.
Baca Juga: Sah! Pertamina dan Petronas Masuk Blok Masela Gantikan Shell
Menurut perhitungan Kontan.co.id, maka total yang harus dibayarkan Pertamina dan Petronas senilai US$ 650 juta atau setara Rp 9,74 triliun.
Transaksi tersebut memiliki tanggal efektif 1 Januari 2023 dan ditargetkan akan selesai pada kuartal III 2023, dengan syarat penyelesaian, antara lain, persetujuan regulasi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia.
Direktur Gas dan Hulu Terintegrasi Shell, Zoë Yujnovich menyatakan keputusan untuk menjual partisipasi di Masela PSC sejalan dengan fokus Perusahaan pada alokasi modal yang sudah ditentukan.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pemangku kepentingan, terutama Pemerintah Indonesia atas dukungannya selama proses penjualan. Shell tetap aktif di Indonesia dan terus berkontribusi dalam perjalanan transisi energi negara,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (25/7).
Direktur Utama Pertamina Hulu Energi, Wiko Migantoro mengungkapkan akan menggunakan dana ekuitas untuk mengambil 20% PI di Blok Masela.
Baca Juga: Repsol Mundur, Blok Andaman III Masih Ramai Peminat
PHE berharap bisa secepatnya memonetisasi gas di Blok Masela yang berkaitan dengan kebijakan nasional dalam menghadapi transisi energi.
“Fokus kami sehabis ini melakukan Front End Engineering Design (FEED) dan secepatnya mendapatkan Final Investment Decision (FID) Kemudian konstruksi baru nanti kita bisa on-stream secepatnya,” ujarnya saat ditemui di ICE BSD, Selasa (25/7).
Di tahun ini, Pertamina menargetkan untuk menyelesaikan semua administrasi dan memulai proses FEED di akhir tahun ini.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengucap syukur atas selesainya pengalihan 35% PI Shell di Blok Masela. “Pertamina dan Petronas akan membayar dalam dua termin,” ujarnya.
Dwi berharap proyek di Blok Masela yang sempat tertunda bisa segera berjalan.
Setelah proses pengalihan hak partisipasi rampung di hari ini, pekerjaan lapangan yang akan dilaksanakan ialah melanjutkan penyelesaian Amdal, survey untuk desain, dan secara paralel merevisi rencana pengembangan (PoD) karena ada tambahan penerapan teknologi carbon capture and storage (CCS).
“Kemudian akan melakukan tender siapa yang melakukan engieering diharapkan tahun depan pelaksanaan kegiatan engineering bisa secara masif sehingga akhir tahun 2024 bisa FID,” tandasnya.
Baca Juga: Permintaan LNG Blok Masela Laku Keras
Dalam waktu dekat, Pertamina, Petronas, dan Inpex akan segera bertemu. Dwi menyebut ketiganya pada akhir Juli atau awal Agustus 2023 akan melaksanakan introduction workshop.
Sebelumnya Dwi menjelaskan, Inpex memiliki kewajiban untuk mengintroduksi dan melaksanakan technical workshop ke Pertamina terkait aspek-aspek teknis Blok Abadi Masela.
“Melalui kegiatan tersebut, akan lebih jelas gambarannya kompromi dari seluruh pihak yang terlibat yakni pemegang participating interest (PI), seperti apa pengembangan terbaik,” ujarnya di Gedung Wisma Mulia, Selasa (18/7).
Baca Juga: Kelangkaan dan Mahalnya Rig Hambat Aktivitas Pengeboran di Hulu Migas
Dwi menegaskan hingga kini, semua skenario pengembangan Blok Masela masih mengarah pada rencana pengembangan atau plan of development (PoD) di 2019.
Proyek lapangan gas tersebut akan dikembangkan di darat (on shore) dengan kapasitas LNG on shore sebesar 9,5 juta ton pertahun, gas bumi 150 juta kaki kubik gas alam per hari melalui pipa, dan CCS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News