kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertamina Energy Forum (PEF) kembali digelar


Rabu, 28 November 2018 / 16:42 WIB
Pertamina Energy Forum (PEF) kembali digelar
ILUSTRASI. Darmin Nasution Berbicara dalam acara PEF 2018


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Pertamina (Persero) menggelar Pertamina Energy Forum (PEF) 2018 pada hari ini (28/11) dengan tema “Unleashing Domestic Resources for Energy Security”. PEF 2018 kali ini sekaligus menjadi bagian dari rangkaian acara dalam memperingati Hari Ulang Tahun Pertamina ke-61 pada Desember mendatang.

Acara ini dihadiri oleh lebih dari 1.000 orang baik dari pengambil kebijakan di bidang energi, perwakilan pejabat pemerintah dan pengamat serta ahli energi. “Dengan tema tersebut, kami ingin mengajak seluruh pihak untuk menilik kembali kekayaan yang sudah tersedia di alam Indonesia, dan bertukar pikiran untuk mengoptimalkannya menjadi sumber energi, demi mencapai cita-cita ketahanan dan kemandirian energi nasional,” kata Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati saat pembukaan PEF 2018 di Raffles Hotel, Jakarta, Rabu (28/11/2018).

Melalui PEF 2018 ini, Pertamina juga ingin memperkaya khasanah keilmuan di bidang energi dari pelaku industri yang memiliki pengetahuan, keahlian dan teknologi dalam subjek tersebut. Kegiatan kali ini Sekaligus menjadi momentum membuka peluang kerjasama dengan para pelaku industri, pemerintah, serta berbagai pihak lainnya untuk dapat mengakselerasi kemampuan Pertamina.

Selain itu, forum ini untuk memberikan kebijakan energi masa depan, pengembangan sumber energi dan sarana penunjangnya. Serta peluang investasi dalam kerangka ketahanan energi nasional.

Pertamina menyadari, permintaan energi akan terus meningkat setiap tahunnya. Indonesia diperkirakan akan semakin tumbuh dan tercatat populasinya naik sekitar 1,24% per tahun. Perekonomian juga tumbuh 5,2% sampai 5,3% pada tahun 2019 mendatang. Seiring dengan meningkatnya hal tersebut, Pertamina memperkirakan permintaan energi juga terus meningkat.

Permintaan energi dari sektor kelistrikan diproyeksikan meningkat 8,15% per tahun hingga 2030. Sementara pertumbuhan permintaan energi dari sektor transportasi diproyeksikan sekitar 3,43% per tahun.

Tak hanya itu, pemerintah Indonesia memiliki rencana yang sangat agresif dalam membangun infrastruktur dari tahun 2015 hingga 2019, mencakup pembangunan jalan baru sepanjang 2.600 kilometer (km), jalan tol sepanjang 1.000 km, 15 lapangan udara, 24 pelabuhan serta rel kereta api baru sepanjang 3.258 km. Seluruh pembangunan ini nantinya akan mendorong mobilisasi orang dan barang secara masif, yang pada akhirnya akan mendorong peningkatan kebutuhan energi di masa mendatang.

Situasi seperti ini tentunya membuka kesempatan besar bagi seluruh pemain energi termasuk bagi Pertamina. Namun di sisi lain, ada tantangan ini juga perlu mendapat solusi. Yakni, bagaimana pasokan energi harus di amankan untuk dapat mengimbangi pertumbuhan populasi, ekonomi, infrastruktur serta permintaan energi tersebut.

Sejalan dengan hal tersebut, Pertamina telah memiliki rencana pengembangan bisnis ke depan dalam rangka mengoptimalkan kekayaan alam Indonesia. Misalnya terkait biofuel, saat ini kami tengah menjajaki studi pembangunan Green Refinery di Indonesia, yaitu kilang yang khusus mengolah vegetasi seperti sawit, tebu dan lainnya menjadi biofuel.

“Untuk mendukung program pemerintah menurunjan defisit transaksi berjalan, kami berencana memproduksi B20, pengurangan impor BBM dan gas elpiji. Kalau kita bisa kurangi impor 225.000 barrel itu akan sangat membantu program pemerintah tersebut. Sementara untuk B20 kita akan mulai kembangkan proyek green energy di Dumai dan Plaju,” jelas Nicke lagi.

Dalam sambutannya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menekankan, peran Pertamina sebagai perusahaan minyak dan gas terbesar di Indonesia diharapkan dapat membantu program pemerintah untuk mengembangkan bahan bakar bakar diesel 20 persen (B20). “Pertamina sebagai batu penjuru, pemimpin dalam mengembangkan B20,” katanya saat membuka PEF 2018.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN, Fajar Hari Sampurno juga menyampaikan sambutannya. BUMN mengharapkan forum ini bisa menjadi ajang tukar pikiran baik dari mitra maupun pelaku usaha. “Terkait B20 Pertamina sudah siap dan ingin mempercepat itu dengan tetap mempertahankan kualitas,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×