Reporter: Febrina Ratna Iskana, Titis Nurdiana | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Meski kasus salah kirim minyak mentah dengan Glencore Plc. belum tuntas, PT Pertamina (Persero) sudah menggelar tender ulang. Tender tersebut untuk mengganti minyak mentah yang sedianya dikirimkan Glencore ke kilang Pertamina di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Adapun pemasok pengganti juga melibatkan pemain dalam negeri. "(Tender ulang) itu sudah dilakukan, sudah ada salah satunya dari dalam negeri," kata Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) kepada KONTAN, Senin (3/10).
Sambil gelar tender, tuntutan Pertamina ke Glencore tetap jalan. Demi menegakkan prinsip kehati-hatian berbisnis, mereka mengajukan klaim ke perusahaan yang berkantor pusat di Swiss tersebut.
Anehnya, dalam kesempatan terpisah, Daniel S. Purba, Vice President Integrated Supply Chain (ISC) PT Pertamina (Persero) justru menampik tender ulang. "Kami tidak melakukan tender ulang untuk mengganti kargo Glencore September," ujar Daniel.
Pengalaman ISC selama ini, pembelian minyak mentah tak bisa serta-merta diganti lantaran nilai keekonomian bersifat khusus. Daniel mencontohkan, minyak mentah atawa crude oil A yang dibeli pada bulan September tak bisa diganti dengan minyak mentah A yang dibeli pada bulan Oktober atau November.
Bagi Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Energy Yusri Usman, kasus Glencore memantik kembali tudingan mafia minyak dan gas (migas). Tudingannya berangkat dari dominasi trader dalam pengadaan minyak mentah Pertamina.
Trader memasok enam kargo minyak mentah untuk kilang Pertamina mulai September-Desember 2016 dengan volume 3,5 juta barel per bulan. Perinciannya, Glencore memasok lima kargo dan Vitol memasok satu kargo.
Sementara National Oil Company (NOC) hanya kebagian dua kargo berisi voulme 1,2 juta barel per bulan. Dua NOC tersebut Shell dan Statoil.
"Padahal kebijakan menutup Petral Energy Services Pte. Ltd. salah satu alasannya banyak mafia migas dan menambah mata rantai suplai pengadaan, sekarang kita menyaksikan kebohongan Direksi Pertamina," kata Yusri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News