Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Hulu Energi (PHE) mendorong upaya dekarbonisasi melalui implementasi Carbon Capture Storage/Carbon Capture Utilization and Storage (CCS/CCUS) dengan melakukan uji coba injeksi karbon di Jatibarang pada akhir tahun 2022.
CEO Pertamina Hulu Energi, Budiman Parhusip menjelaskan secara umum, pihaknya sedang melaksanakan join study untuk mengimplementasi rencana CCS/CCUS. Pada tahap awal pengembangan, PHE bersama dengan beberapa partnernya akan memprioritaskan pengembangan CCS/CCUS ini untuk Enhance Oil Recovery (EOR) dan Enhance Gas Recovery (EGR).
“Kami melihat CCS/CCUS merupakan potensi bisnis baru untuk PHE dan kami bekerja sama dengan partner untuk mengevaluasi potensi ini,” jelasnya dalam acara IPA Convex 2022, Kamis (22/9).
Baca Juga: Luhut Harap Temuan Lapangan Migas Baru Dapat Menarik Investor ke Indonesia
Saat ini PHE sudah mengkaji sejumlah wilayah untuk pengembangan CCS/CCUS yakni di Gundih untuk Enhance Oil Recovery (EOR), Sukowati untuk Enhance Gas Recovery (EGR), Ramba, dan Jatibarang.
“Di Jatibarang kami akan tes injeksi karbon yang rencananya akan mulai di akhir tahun 2022,” terangnya.
Tanpa memaparkan berapa banyak karbon yang akan diinjeksikan, Budiman memaparkan, uji coba di Jatibarang tahun ini untuk melihat dampak CO2 terhadap reservoar. Setelah injeksi, PHE akan menunggu dan melihat bagaimana dampaknya pada produksi di sumur tersebut.
Perihal proyek di Sukowati, PHE berencana proyek ini dapat beroperasi dalam skala penuh di tahun 2030 atau 2031 mendatang.
Adapun untuk wilayah lainnya seperti di Kutai Basin, Sunda Asri Basin, Sumatera Selatan, dan Sumatera Tengah juga sudah dimulai studi untuk melihat potensi melalui kolaborasi dengan Japex, Janus, Exxonmobil, Jogmec, Chiyoda Corporation, dan Mitsui&co.
Untuk menjamin keekonomian dan kelayakan komersial, Budiman menegaskan PHE akan berhati-hati menjaga sisi teknis dan nilai tambah komersial.
“Di sisi lain, kami tentu berharap dari sisi regulasi berupa fiscal term bisa lebih menarik lagi sehingga dapat membantu keekonomian proyek. Pasalnya investasi CCS/CCUS cukup berat,” kata Budiman.
Baca Juga: Bukan Barang Mudah, Pertamina Diingatkan Hati-hati Sebelum Masuk Blok Masela
Budiman mengungkapkan ada beberapa kunci inisiatif yang dipersiapkan untuk menjalankan proyek CCS/CCUS secara komersial, seperti berdiskusi dengan partner tentang model kemitraan. Selain itu, Pertamina juga berencana mengoptimalkan biaya pengembangan dengan memanfaatkan infrastruktur-infrastruktur yang sudah ada.
Tidak lupa juga, regulasi seperti Peraturan Menteri (Permen) mengenai CCS/CCUS juga sangat diperlukan supaya ada kepastian peraturan dalam pengembangannya ke depan.
“Modal juga tidak kalah penting, kami juga memulai diskusi dengan pihak financial agar kami bisa mendapat proyek yang komersial,” tandasnya.
Selain menginjeksi emisi dari sektor migas, sejatinya CCS/CCUS juga dapat menyerap emisi dari sektor industri lain. Budiman menyatakan terdapat klaster industri di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan yang emisinya akan terus bertambah. Dia mengklaim, Pertamina Hulu Energi diakui memiliki posisi unik karena punya depleted reservoir yang dekat dengan klaster-klaster industri tersebut.
Budiman mengungkapkan, PHE memiliki potensi storage CO2 sekitar 2.800 MT yang punya peluang yang baik untuk dikerjasamakan dengan setiap stakeholders.
Baca Juga: Pemerintah Didorong Prioritaskan Pengembangan Energi Panas Bumi
Melansir keterangan resmi yang pernah disampaikan Kementerian BUMN pada akhir 2021, Pertamina telah menginisiasi beberapa proyek CCUS pada lapangan migas dengan potensi pengurangan karbon dioksida hingga 18 juta ton.
Salah satu pengembangan teknologi CCUS dilakukan di Lapangan Gundih, Cepu, Jawa Tengah yang terintegrasi dengan teknologi Enhanced Gas Recovery (EGR) dan berpotensi mengurangi sekitar 3 juta ton CO2 dalam 10 tahun dan meningkatkan produksi migas. Proyek direncanakan beroperasi pada tahun 2026.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News