Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) resmi mengelola Wilayah Kerja Rokan pada hari ini, Senin (9/8). Seremoni alih kelola Blok Rokan dari operator terdahulu, yakni PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) ke PHR berlangsung pada Minggu malam (8/8) hingga Senin (9/8) dini hari.
“Dengan berakhirnya kontrak kerja sama antara PT Chevron Pacific Indonesia dengan SKK Migas maka bersama ini atas nama pemerintah Indonesia kami ucapkan terima kasih kepada PT Chevron Pacific Indonesia atas kerja keras dan sinergi yang telah dibangun selama ini dengan pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan energi nasional melalui pengelolaan Wilayah Kerja Rokan,” ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif dalam acara Seremoni Alih Kelola Wilayah Kerja Rokan yang disiarkan virtual, Senin (9/8).
Dengan adanya alih kelola ini, PHR bakal mengelola wilayah kerja dengan luasan sekitar 6,453 km2 dengan 10 Lapangan utama, yaitu Minas, Duri, Bangko, Bekasap, Balam South, Kotabatak, Petani, Pematang, Petapahan, Pager. Blok Rokan membentang di 5 Kabupaten Provinsi Riau, yakni Kabupaten Bengkalis, Siak, Kampar, Rokan Hulu dan Rokan Hilir.
Pengelolaan Blok Rokan oleh PHR bakal menganut sistem production sharing contract (PSC) gross split. Masa kontraknya berlangsung hingga 20 tahun ke depan.
Baca Juga: Pertamina Hulu Rokan rencanakan pengeboran 161 sumur Blok Rokan hingga akhir tahun
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, Blok Rokan merupakan wilayah kerja yang penting bagi Indonesia. Dwi mencatat, Blok Rokan secara kumulatif telah menghasilkan minyak sebanyak 11,69 miliar barel minyak atau setara dengan 46% produksi nasional sejak berproduksi pada tahun 1951 lalu.
Pada masa titik puncak produksi Mei 1973 lalu, tingkat produksi minyak Blok Rokan bahkan sempat mencapai 1 juta barel per hari alias barrel oil per day (BOPD) sehingga bisa berkontribusi pada 83% produksi minyak nasional pada tahun 1973 silam. Saat ini, rata-rata produksi Blok Rokan tercatat sekitar 160,5 ribu barel per hari serta 41 juta kubik per hari (MMSCFD) untuk gas bumi.
Dwi berharap, pengelolaan Blok Rokan selanjutnya bisa mendukung target nasional produksi minyak sebanyak 1 juta barel per hari dan 12 billion standard cubic feet per day (BSCFD) pada tahun 2030 mendatang. “Kontribusi produksi WK Rokan sangat krusial dalam upaya mencapai visi ini,” kata Dwi.
Sebelumnya, untuk mengawal alih kelola WK Rokan, SKK Migas telah menginisiasi Head of Agreement (HoA) untuk menjamin investasi PT CPI pada akhir masa kontrak. Hasilnya, sejak HoA ditandatangani pada 29 September 2020 hingga 8 Agustus 2021, telah dilakukan pemboran 103 sumur pengembangan.
Selain pemboran, SKK Migas juga mengawal 8 isu lain yang menjadi kunci sukses alih kelola, yaitu migrasi data dan operasional, pengadaan chemical EOR, manajemen kontrak-kontrak pendukung kegiatan operasi, pengadaan listrik, tenaga kerja, pengalihan teknologi informasi, perizinan dan prosedur operasi serta pengelolaan lingkungan.
Presiden Direktur CPI Albert Simanjuntak berharap, para pekerja eks-CPI yang selanjutnya menjadi karyawan PHR bisa menjaga keahlian, kreatifitas, semangat kemitraan, kolaborasi, kinerja, dan integritas saat bekerja di Pertamina. “Berbekal pengalaman keahlian kreativitas semangat kemitraan dan kolaborasi, teruslah memberikan kinerja terbaik, perkokoh integritas dan jangan biarkan pudar,” ujarnya pada sesi acara.