Reporter: Muhammad Julian | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertamina berencana kembali melanjutkan ekspansi di Afrika. Vice President (VP) Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, mengonfirmasi bahwa Pertamina membuka peluang untuk melakukan ekspansi di Benua Hitam.
Kenya menjadi salah satu negara yang dipertimbangkan sebagai target lokasi dalam rencana ekspansi Pertamina. Sedikit informasi, Pertamina sudah mendapat permintaan untuk berinvestasi membangun kilang di sana.
Saat ini, Pertamina sendiri sedang mengkaji berbagai bentuk ekspansi. “Salah satunya akuisisi blok migas, dan hasilnya bisa dikirim ke Indonesia,” kata Fadjar kepada Kontan.co.id, Minggu (23/7).
Belum ketahuan seperti apa timeline maupun berapa anggaran yang direncanakan dalam niatan ekspansi ini.
“Detail belum bisa kami sampaikan ya, karena baru tahap pertemuan,” tutur Fadjar.
Baca Juga: Ahok Dirumorkan Jadi Dirut Pertamina, Begini Respons Erick Thohir
Entah berhubungan atau tidak, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan sempat melakukan kunjungan kerja ke Benua Afrika, khususnya negara Kongo dan Kenya pada 11-12 Juli 2023 lalu. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati turut mendampingi Luhut dalam kunjungan tersebut.
Kalau jadi direalisasi, maka agenda ekspansi Pertamina di Benua Afrika bakal menambah daftar portofolio bisnis Pertamina di luar negeri. Mengutip siaran pers perusahaan, Pertamina telah memiliki aset lapangan migas luar negeri yang tersebar di 13 negara yaitu Aljazair, Malaysia, Irak, Kanada, Prancis, Italia, Namibia, Tanzania, Gabon, Nigeria, Kolombia, Angola dan Venezuela per Agustus 2021.
Aset-aset tersebut dikelola lewat PT Pertamina Internasional EP (PIEP), anak usaha Pertamina yang ditugaskan berinovasi dalam mengakuisisi dan mengelola lapangan migas di luar negeri serta mencari sumber-sumber migas di berbagai negara.
Menurut data per Agustus 2021, sebanyak 76% hasil minyak dari luar negeri tersebut diupayakan dikirimkan ke kilang domestik untuk mendukung ketahanan energi nasional. Kontribusi terbesar minyak tersebut berasal dari tiga aset di Algeria, Malaysia dan Irak.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Eddy Soeparno, mengatakan bahwa upaya peningkatan lifting migas memang tidak melulu harus dilakukan di dalam negeri. Ekspansi ke luar negeri bisa menjadi opsi yang dapat diterima untuk meningkatkan capaian lifting.
“Untuk meningkatkan lifting migas kita, memang tidak mutlak untuk dilakukan pengembangan di dalam negeri. peningkatan lifting yang dimiliki oleh Pertamina itu bisa dilakukan baik di dalam maupun luar negeri sepanjang itu jatah minyaknya milik Pertamina,” kata Eddy saat dihubungi Kontan.co.id (23/7).
Baca Juga: Pertamina Hulu Rokan Akan Segera Eksekusi Pengeboran Minyak Non Konvensional
Pandangan yang senada juga disampaikan oleh Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto. “Selama kondisi keuangan kondusif, sehat dan kinerja lifting migas Pertamina bagus, maka langkah itu bisa dimengerti dan dapat mendatangkan devisa bagi negara. Apalagi minyaknya juga dikirim untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,” kata Muyanto kepada Kontan.co.id (23/7).
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, menuturkan bahwa opsi ekspansi di luar negeri bisa memberi modal antisipasi untuk mengimbangi potensi risiko penurunan lifting migas di dalam negeri.Terlebih, ada aspek keekonomian dan pertimbangan bisnis dalam kegiatan lifting migas.
“Karena kan untuk produksi minyak ini kan ada aspek bisnis dan volume ya, jadi tidak hanya sekadar volumenya saja tapi juga bisnis yang akan jauh menentukan. kalau volume bisa diproduksikan tapi kalau enggak ekonomis ya buat apa,” terang Komaidi.
“Artinya tidak sederhana menaikkan volume, misalkan untuk yang kontraknya sudah jangka panjang atau sudah lama beroperasi, itu masalahnya keekonomian proyeknya menjadi pertimbangan. biasanya mereka biayanya lebih mahal dibandingkan lapangan-lapangan yang baru atau belum mengalami fase penurunan,” imbuhnya lagi.
Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Universitas Indonesia, Toto Pranoto, menilai bahwa opsi ekspansi ke luar negeri bisa membawa dampak positif lantaran bisa mendongkrak lifting Pertamina dan mengamankan kebutuhan domestik. Namun, potensi risiko investasi menurutnya juga tetap perlu menjadi perhatian.
“Hal yang perlu diwaspadai, agar explorasi betul-betul pada wilayah yang sudah terbukti (proven) cadangan migasnya , sehingga risk investasi bisa ditekan,” tutur Toto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News