Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yakin akan menjadi perusahaan pionir yang melakukan pengembangan Migas Non Konvensioal (MNK) di Indonesia. Dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan pemboran dua sumur MNK di Blok Rokan.
Menurut Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 05 Tahun 2012, migas non konvensional adalah minyak dan gas bumi yang diusahakan dari reservoir tempat terbentuknya minyak dan gas bumi dengan permeabilitas yang rendah (low permeability), antara lain shale oil, shale gas, tight sand gas, gas metana batubara (coal bed methane), dan methane-hydrate.
Direktur Eksplorasi Pertamina Hulu Energi Muharram Jaya Penguriseng mengungkapkan pengembangan migas non konvensional dilakukan oleh anak perusahaannya melalui Pertamina Hulu Rokan (PHR) yang sedang melakukan persiapan pemboran.
“Jadi saya kira Pertamina ini menjadi pionir di Indonesia untuk pengembangan MNK. Ada dua sumur MNK yang ada di Rokan yakni Sumur Gulamo dan Sumur Kelok,” jelasnya dalam acara diskusi media di Wisma Mulia Jakarta, Rabu (17/5).
Baca Juga: Pertamina Hulu Energi (PHE) Temukan Potensi Cadangan Migas Jumbo di Lapangan Tua
Untuk Sumur Gulamo, proses yang sedang dilakukan saat ini ialah menunggu rig, sedangkan persiapan lokasi sudah siap. “
Mohon doanya supaya lancar dan percepat supaya bisa melakukan evaluasi pada potensi MNK secepatnya,” ujarnya.
Sedangkan untuk Sumur Kelok, pihaknya masih mempersiapkan izin lingkungan yang diharapkan bisa segera dipercepat.
Selain pemboran dua sumur tersebut, Muharram menyatakan, PHE melalui anak perusahaannya, Pertamina EP sedang melakukan studi di 3 region yakni Sumatera, Jawa, Kalimantan. Kegiatan ini sudah masuk dalam Work Program & Budget (WP&B) 2023.
“Kami melakukan evaluasi untuk melihat potensi yang ada di WK EP,” tandasnya.
Deputi Eksplorasi SKK Migas, Benny Lubiantara menambahkan saat ini pihaknya sudah mengetahui ada rencana pemboran MNK di Rokan pada tahun ini. Nantinya dua sumur tersebut diharapkan bisa menjadi proyek percontohan yang secara teknis bisa memproduksi migas.
“Kalau bisa diproduksikan harus ada dukungan secara ekonomis. Jadi nanti dari dua sumur bisa dapat (pembelajaran) MNK tantangannya bagaimana karena tight reservoar, tidak bisa langsung dibor, harus direkahkan sumurnya secara horizontal,” jelasnya.
Baca Juga: SKK Migas: Pengalihan Hak Partisipasi Shell di Masela Ditarget Beres Semester I 2023
Benny menegaskan, pengembangan MNK tidak akan bisa berjalan jika tidak disokong dengan insentif fiskal yang signifikan. Sejatinya SKK Migas telah menjalin diskusi awal dengan Kementerian Keuangan terkait insentif fiskal yang sekiranya dibutuhkan untuk MNK.
“Kami berikan background teknis ke Kemenkeu dan sudah ada kesamaan persepsi kenapa MNK butuh insentif yang signifikan, butuh fiskal baru. Kalau sekarang jelas tidak bisa jalan, gross split perlu baru yang signifikan berubah,” terangnya.
Benny mengungkapkan saat ini insentif fiskal khusus untuk pengembangan MNK sedang berjalan dengan Kementerian Keuangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News