kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pertamina kesulitan garap East Natuna sendirian


Jumat, 22 September 2017 / 14:49 WIB
Pertamina kesulitan garap East Natuna sendirian


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - Pengembangan proyek East Natuna hingga kini belum menemukan titik terang. Terutama pasca keluarnya Exxonmobil dari konsorsium Blok East Natuna.

PT Pertamina (Persero) yang kebagian tugas mengerjakan proyek besar ini pun kesulitan untuk mengembangkannya lapangan gas dengan kandungan CO2 hingga 72% tersebut. Pemerintah pun memberikan solusi agar Pertamina mengembangkan struktur AP atau memproduksi minyak terlebih dahulu.

"Blok East Natuna sudah disampaikan ke Pertamina agar melihat potensi mengembangkan struktur AP lebih dulu," kata Tunggal ke KONTAN pada Selasa (19/9).

Skema ini sejatinya sudah pernah coba diterapkan pemerintah ketika Exxonmobil masih menjadi bagian dari konsorsium East Natuna bersama Pertamina dan PTT Thailand. Kala itu, Exxonmobil meminta waktu untuk menyelesaikan Technology and Market Research (TMR).

Dari hasil TMR tersebut, Exxonmobil justru memutuskan untuk tidak ikut mengembangkan proyek East Natuna. Bagaimana dengan Pertamina?

Direktur Hulu Pertamina, Syamsu Alam menyatakan ketidaksanggupan Pertamina untuk mengembangkan Blok East Natuna. Terutama setelah keluarnya anggota konsorsium untuk blok tersebut.

"Untuk East Natuna karena konsorsium sudah banyak yang mengundurkan diri maka skenario yang pernah dibahas tentu akan kita review lagi. Sangat sulit rasanya kalau Pertamina mengembangkan sendiri Blok East Natuna," ujar Alam ke KONTAN, Kamis (21/9).

Proyek East Natuna sejatinya juga punya catatan yang cukup panjang. Hingga pada tahun lalu pemerintah serius mendorong konsorsium untuk segera memulai proyek East Natuna. Pemerintah bahkan telah menyiapkan PSC terintegrasi untuk Blok East Natuna dengan target penandatanganan PSC pada November tahun lalu.

Dalam skema PSC tersebut, anggota konsorsium yang dipimpin Pertamina direncanakan untuk melakukan percepatan produksi minyak dengan target produksi sebesar 7.000-15.000 barel oil per day (bopd). Setelah memproduksi minyak, konsorsium kemudian memulai untuk memproduksi gas dari blok East Natuna.

Diproyeksi cadangan gas dari blok East Natuna bisa mencapai hingga 226 Trillion Cubic Feet (TCF) namun dengan kandungan CO2 yang cukup tinggi hingga mencapai 72%. Jika sampai diproduksi, maka produksi gas dari blok East Natuna diproyeksi mencapai 46 TCF.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×