Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. PT Pertamina (Persero) mau tidak mau harus menambah kilang. Pasalnya, total kebutuhan dalam negeri saat ini melebihi jumlah kemampuan penyediaan kilang dalam negeri.
Akibatnya, Pertamina harus melakukan impor untuk beberapa produk seperti premium, solar, dan pertamax masih impor. Sekitar 46% kebutuhan premium dalam negeri saat ini masih impor. Produksi premium kilang Pertamina hanya sekitar 11,96 juta kiloliter (kl), padahal kebutuhan dalam negeri sekitar 22,05 juta kl.
Begitu juga dengan solar, produksi domestik hanya 18,34 juta kl, padahal kebutuhan dalam negeri hingga 21,2 juta kl. “Sementara untuk Pertamax, kita masih harus impor sebanyak 4,23 juta kl," ujar Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan.
Sementara dari produk yang dihasilkan oleh Pertamina, hanya Avtur dan Kerosin yang tidak impor. Merujuk data Pertamina, dari produksi avtur domestik sebesar 3,32 juta kl, kebutuhan avtur di dalam negeri hanya mencapai 3,05 juta kl.
Sedangkan untuk Kerosin, akibat dari program konversi minyak tanah ke elpiji membuat kerosin juga surplus. Produksi Kerosin mencapai 7,02 juta kl sementara kebutuhan pemakaian di dalam negeri hanya 3,77 juta kl.
Pertamina saat ini memiliki enam kilang dengan kapasitas produksi 1,031 juta barel per hari (bph) yang berlokasi di Dumai, Riau, Plaju, Sumatera Selatan, Cilacap, Jawa Tengah, Balikpapan, Kalimantan Timur, Balongan, Jawa Barat, dan Kasim, Papua Barat.
Berdasarkan rencana kerja Pertamina, BUMN migas itu bakal menaikkan kapasitas kilang minyak menjadi 1,5 juta bph pada 2015. Kemudian pada 2017 nanti, kapasitas kilang Pertamina mencapai 1,62 juta bph.
Meski menaikkan kapasitas kilang, Pertamina masih tetap harus impor pada 2015. Sebab, berdasarkan perhitungan neraca pasokan dan konsumsi minyak mentah dan BBM pada 2015 dan 2020, maka kapasitas kilang Pertamina pada 2015 harus mencapai 1,8 juta kl dan pada 2020 harus mencapai 2,1 juta barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News