Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina mencatatkan penurunan kinerja keuangan sepanjang tahun 2020 dimana pendapatan dan laba bersih sama-sama mengalami penurunan ketimbang tahun 2019.
Merujuk laporan keuangan Pertamina, pada tahun 2020 laba Pertamina mencapai US$ 1,05 miliar atau anjlok 58,44% year on year (yoy) dimana pada 2019 Pertamina mampu membukukan laba bersih US$ 2,53 miliar.
Kendati demikian, Pertamina menilai raihan laba di tahun 2020 masih berhasil diperoleh kendati di tengah dampak pandemi covid-19 yang menghujam sektor global.
Pjs Senior Vice President Corporate Communication & Investor Relations Pertamina, Fajriyah Usman menjelaskan sejak pandemi Covid-19 melanda dunia, Pertamina melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kinerja, sesuai dengan arahan Menteri BUMN, yaitu melakukan transformasi, optimasi, efisiensi, dan akuntabilitas secara konsisten di seluruh lini perusahaan.
“Pandemi Covid 19 belum usai, kinerja keuangan dan operasional 2020 menjadi positive driver untuk mewujudkan aspirasi pemegang saham menjadi perusahaan energi global di masa depan dengan nilai perusahaan mencapai US$ 100 Miliar,”jelas Fajriyah dalam keterangan resmi, Senin (14/6).
Tak hanya laba bersih, pendapatan Pertamina juga turut mengalami penurunan mencapai 24,31% yoy. Pada tahun lalu, Pertamina memperoleh pendapatan sebesar US$ 41,46 miliar atau turun ketimbang capaian 2019 yang sebesar US$ 54,792 miliar.
Baca Juga: PHE produksi migas 213,8 mboepd di tahun 2020, naik 101% dari target
Jika dirinci, pendapatan dari penjualan dalam negeri produk minyak gas bumi, energi panas bumi dan produk minyak berkontribusi sebesar US$ 33,03 miliar.Jumlah ini lebih rendah ketimbang tahun 2019 yang mencapai US$ 43,78 miliar.
Adapun, penjualan dari produk minyak yakni Pertamax, Pertamax Plus, Pertalite dan Pertadex berkontribusi sebesar US$ 10,06 miliar, penjualan minyak solar sebesar US$ 8,02 miliar dan LPG, Petrokimia, Pelumas dan lainnya sebesar US$ 6,46 miliar.
Sementara itu, pendapatan dari penggantian biaya subsidi dari pemerintah sebesar US$ 3,42 miliar. Pendapatan dari ekspor minyak mentah, gas bumi dan produk minyak mencapai US$ 3,83 miliar atau lebih tinggi dari raihan 2019 yang sebesar US$ 3,62 miliar.
Sedangkan, pendapatan usaha dari aktivitas operasi lainnya sebesar US$ 962, 57 juta atau terpangkas jauh dari raihan 2019 yang sebesar US$ 2,50 miliar.
Fajriyah menjelaskan EBITDA Pertamina sebesar US$ 7,6 miliar dengan EBITDA Margin 18,3%. Hal ini dinilai menunjukkan kondisi keuangan Pertamina aman dan mampu bertahan di tengah krisis ekonomi global. Di sisi lain, Pertamina memastikan dividen dari tahun buku 2020 yang akan dibayarkan Pertamina mencapai Rp 4 triliun.
"Secara rasio dibandingkan dengan Laba Bersih (Deviden Payout Ratio) sebesar 26,11% dan rasio ini masih yang tertinggi dibandingkan 3 tahun sebelumnya (sejak 2017-2019 di kisaran 22-24%)," kata Fajriyah.
Fajriyah melanjutkan Pertamina juga berkontribusi kepada keuangan negara dalam bentuk pajak, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), maupun bentuk penerimaan lain. Di luar dari itu, Fajriyah memastikan sepanjang tahun 2020 Pertamina juga telah mendukung Pemerintah dalam penanganan Covid 19 dengan nilai kontribusi sebesar Rp 1,7 triliun.
"Pertamina berharap kita bisa segera keluar dari pandemi Covid 19, agar perekonomian bisa terus tumbuh, kebutuhan energi kembali norman sehingga pendapat Pertamina meningkat dan dapat berkontribusi lebih besar bagi negara dan masyarakat Indonesia," pungkas Fajriyah.
Selanjutnya: Pertamina setor Rp 126,7 triliun untuk negara sepanjang tahun 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News