kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertamina Perlu Rogoh Kocek US$ 1,4 Miliar Jika Ingin Masuk Masela


Rabu, 05 Oktober 2022 / 15:15 WIB
Pertamina Perlu Rogoh Kocek US$ 1,4 Miliar Jika Ingin Masuk Masela
ILUSTRASI. blok Masela


Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina diperkirakan harus merogoh kocek minimal US$ 1,4 miliar untuk mengakuisisi 35% saham Shell di Blok Masela.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengungkapkan, sejauh ini Shell tercatat sudah menggelontorkan investasi mencapai US$ 1,4 miliar.

Kendati demikian, angka ini bukanlah angka pasti yang harus dikeluarkan calon investor jika ingin mencaplok saham Shell di Masela.

Dwi memastikan, nilai akuisisi nantinya bergantung diskusi business to business (B to B) antara Shell dengan calon mitra pengganti.

"Jadi nanti kalau ada yang mau masuk menggantikan Shell itu maka pertama dia harus negosiasi dengan Shell untuk Shell nanti mau melepas berapa, ada cash out-nya yang sudah keluar, apakah nanti mau dilepas sesuai yang dikeluarkan atau tidak. Ini kan strateginya Shell juga," ungkap Dwi di Bandung, Selasa (4/10).

Baca Juga: Medco Tertarik Masuk ke Blok Masela, Tapi Bukan Sebagai Operator

Dwi melanjutkan, saat ini PT Pertamina masih melakukan studi data room untuk Blok Masela. Proses ini diharapkan bisa rampung pada Oktober ini.

Selain itu, Dwi mengungkapkan, saat ini yang menjadi tantangan bagi Pertamina adalah berapa besar porsi saham yang mampu diambil oleh perusahaan migas pelat merah tersebut.

Sebelumnya, muncul kabar soal rencana pemerintah mendorong konsorsium Indonesia Investment Authority (INA) dengan Pertamina.

Dwi mengungkapkan, proses tersebut masuk ke ranah Kementerian BUMN. Yang terang, pihaknya pun juga menanti apakah nantinya Pertamina akan masuk bersama mitra lain atau Pertamina masuk sendiri dengan dukungan finansial dari pihak lainnya.

Dwi menjelaskan, meskipun nantinya negosiasi peralihan hak partisipasi bersifat b to b, SKK Migas sudah memberikan arahan kepada Shell untuk tidak menjual dengan harga berlebihan.

"Kan dia gak boleh dong menghambat proyek ini. Itu yang kita kasih pressure-nya. Kita surati mereka agar mereka juga segera mendukung divestasi yang sudah direncanakan," terang Dwi.

Baca Juga: Indonesian Petroleum Association (IPA) Mendukung Pengembangan Blok Masela

Dwi menambahkan, selain dana untuk akuisisi, perusahaan pengganti Shell juga harus menyiapkan setidaknya sekitar US$ 6,3 miliar untuk lima tahun pertama pengembangan sebagai modal belanja.

Tak sampai disitu, dengan adanya penambahan proyek Carbon Capture Utilization & Storage (CCUS) pada proyek Masela maka ada potensi penambahan investasi sekitar US$ 1,2 miliar hingga US$ 1,4 miliar. Pengajuan revisi rencana pengembangan alias Plan of Development (PoD) ditargetkan akan dilakukan pada akhir tahun ini.

"Ini akan paralel dengan divestasi Shell," terang Dwi.

Dwi menambahkan, merujuk aturan yang ada, Inpex selaku pemimpin proyek memiliki tanggung jawab untuk tetap bisa memastikan proyek tetap berjalan. Jika dalam lima tahun pasca persetujuan PoD tidak ada perkembangan signifikan pada proyek maka proyek itu harus dikembalikan ke negara.

SKK Migas pun menargetkan agar proyek Masela dapat mencapai tahapan Final Investment Decision (FID) pada akhir tahun 2023 atau awal 2024 mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×