Reporter: Harry Muthahhari | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Sensitivitas PT Pertamina terhadap dua komponen yakni Indonesia Crude Price (ICP) dan nilai tukar rupiah terhadap US dollar membuat perusahaan pelat merah itu memproyeksikan kinerja keuangannya tidak lebih baik daripada kuartal I-2019. Sampai kuartal I 2019, PT Pertamina mengklaim memperoleh laba bersih sebesar US$ 677 juta.
Direktur Keuangan Pertamina Pahala Nugraha Mansury menjelaskan tekanan yang dihadapi Pertamina di kuartal II-2019 adalah menguatnya harga ICP. “Perkembangan harga ICP khusus April, Mei, Juni yang awalnya rata-rata di bawah US$ 60 menjadi di kisaran US$ 67 – US$ 68 per barel,” katanya pada Kamis (27/6).
Kendati terdapat momen lebaran yang akan tercatat di kuartal II 2019, Pahala mengatakan perubahan pola konsumsi masyarakat terhadap BBM tidak banyak berpengaruh pada kinerja keuangan Pertamina khususnya untuk bottom line.
Pada tahun 2018 lalu, Pertamina mencatat pendapatan sebesar US$ 57,93 miliar atau tumbuh 20,6% dibandingkan dengan tahun 2017. Sementara laba bersih Pertamina di tahun 2018 sebesar US$ 2,64 miliar atau turun tipis dibandingkan dengan capaian 2017 sebesar US$ 2,7 miliar.
Tahun ini, kata Pahala, sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), Pertamina membidik laba bersih sebesar US$ 1,5 miliar. Nilai itu justru turun dibanding capaian tahun 2018 lalu. Adapun untuk pendapatan ditargetkan bisa tumbuh sekitar 2%.
Untuk belanja modal, Pertamina menganggarkan sebesar US$ 5,5 miliar sampai US$ 5,7 miliar. Dari jumlah tersebut 55% akan dialokasikan untuk investasi di sektor hulu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News