Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina memutuskan untuk menghentikan sementara rencana pembangunan Grass Root Refinery (GRR) alias Kilang Bontang.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Talullembang menjelaskan, pasca berhentinya kerjasama dengan partner, Pertamina memilih untuk menghentikan pengembangan proyek dengan nilai investasi mencapai US$ 15 miliar ini.
Baca Juga: Bakal garap Blok Rokan, Pertamina butuh figur mumpuni dan kompeten
"Bontang sempat jalan, hanya saja partner tidak bisa lanjutkan, kita hold dulu, kita kaji, supply demand seperti apa," tutur Ignatius dalam sesi Konferensi Pers dengan awak media, Jumat (5/6).
Ia memastikan, jika nantinya segala kajian telah rampung, barulah Pertamina bakal melakukan diskusi lanjutan dengan stakeholder terkait nasib kilang tersebut. Ignatius melanjutkan, untuk saat ini Pertamina memilih untuk fokus pada sejumlah proyek Kilang yang tengah berlangsung.
Antara lain, pada proyek Kilang Cilacap yang tengah memasuki tahapan pencarian strategic parntner dan pembebasan lahan. "Saat ini kita juga fokus ke yang sudah berjalan ini, khususnya untuk upgrading kilang-kilang eksisting," jelas Ignatius.
Asal tahu saja, sebelumnya dalam proyek GRR Bontang Pertamina bakal bekerjasama dengan perusahaan migas asal Oman, Overseas Oil and Gas LLC (OOG). Sayangnya kerjasama tersebut tak mencapai kata sepakat.
Baca Juga: Kebijakan energi perlu terintegrasi agar defisit terjaga
Pertamina kemudian sempat pula menyampaikan opsi pemindahan lokasi proyek pada medio Maret lalu. Adapun, dua lokasi baru yang diproyeksikan yakni daerah Arun, Aceh dan Kuala Tanjung, Sumatra Utara.
Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina Heru Setyawan bilang, opsi-opsi lokasi yang ada kini tengah dalam kajian perusahaan pelat merah tersebut. "Ada rencana memindahkan Kilang Bontang, kan ada beberapa lokasi sebenarnya, Bontang, Kuala Tanjung dan Arun," jelas Heru kala itu.
Heru menambahkan, Pertamina menilai Kuala Tanjung sebagai lokasi yang tepat jika nantinya upaya pemindahan proyek terjadi. Menurutnya, lokasi Kuala Tanjung disokong oleh ketersediaan pasar dan lahan. "Karena (Kuala Tanjung) dekat dengan market, lahannya ada, kan di situ pasar internasional terus di Sumatra juga," jelas Heru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News