Reporter: Agung Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin) berpeluang terhambat selama pandemi corona (Covid-19) berlangsung. Para pelaku industri berharap pemerintah dapat mendorong konsumsi di tengah masyarakat dengan menyegerakan pemberian stimulus.
Agustus Sani Nugroho, Direktur Utama PT Sentra Food Indonesia Tbk (FOOD) melihat, prospek bisnis makanan saat ini masih konservatif. Meski demikian, FOOD tetap berusaha meluncurkan beberapa produk baru, yakni makanan siap saji dalam kemasan.
"Prospeknya produk tersebut cukup baik. Namun kami belum dapat bergerak leluasa dipasar akibat berbagai pembatasan yg secara langsung membuat pasar sangat tertekan," ujar Agustus kepada Kontan.co.id, Sabtu (19/9). Adapun secara penjualan, menurut manajemen belum terlalu memberi kontribusi secara signifikan bagi total pendapatan FOOD.
Menurut Agustus, pasar selama pandemi ini cukup tertekan, oleh karenanya manajemen sempat memproyeksikan bahwa pendapatan tahun ini akan turun sekitar 19% dibandingkan tahun lalu menjadi Rp 102 miliar.
Baca Juga: PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) Akan Mengakuisisi 55% Saham KEJU
Sementara itu Direktur PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) Paulus Tedjosutikno pernah mengatakan bahwa pihaknya melihat prospek bisnis di kuartal ketiga 2020 ini masih terdampak efek wabah Covid-19 sehingga bisnis belum dapat pulih seperti sedia kala.
"Namun, kami berharap kebijakan pemerintah yang memberikan stimulus seperti pemberian bansos hingga gaji ke 13 untuk PNS dan pensiun dapat menggerakkan ekonomi di daerah-daerah sehingga mampu meningkatkan daya beli masyarakat dan pada akhirnya dapat mempercepat pemulihan ekonomi nasional," jelasnya.
Di sisa akhir tahun ini, Paulus menyebutkan, GOOD menyiapkan sejumlah strategi yakni melakukan prioritas aktivitas-aktivitas yang memberikan dampak langsung terhadap pencapaian perusahaan. Kemudian melakukan efisiensi (penghematan biaya) kegiatan operasional perusahaan.
Selain itu, GOOD juga tetap berupaya menciptakan terobosan-terobosan baru dalam meningkatkan penjualan melalui jalur distribusi, segmen dan pangsa pasar yang baru, serta peluncuran produk baru yang inovatif.
Meski sudah menjalankan strategi bisnis tersebut, Paulus mengungkapkan, saat ini GOOD melakukan koreksi atas target kinerja di 2020 mengingat dampak dari pandemi Covid-19 belum pulih, hanya saja berapa besaran koreksi belum dijabarkan. Dari laporan keuangan perseroan yang terakhir dipublikasikan, sampai dengan kuartal pertama tahun ini pendapatan bersih perseroan turun 1,75% secara tahunan menjadi Rp 2,24 triliun.
Penurunan kinerja juga dialami produsen barang konsumer dan minuman, PT Kino Indonesia Tbk (KINO). Mengutip laporan keuangan semester I-2020, KINO mencatat laba bersih Rp 118,64 miliar anjlok 67,52% dibanding semester I-2019 yang mencapai Rp 365,29 miliar.
Sementara itu, penjualan KINO pada semester I-2020 tercatat sebesar Rp 2,19 triliun turun 1,30% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 2,22 triliun. Adapun sampai akhir tahun nanti, perseroan mengaku tak muluk-muluk membidik target pendapatan maupun laba bersih.
"Untuk pendapatan harapannya tidak turun seperti tahun lalu (masih bertumbuh) begitu juga dengan laba bersih yang diharapkan tumbuh positif," ungkap Budi Muljono, Direktur Keuangan KINO. Hanya saja nilai atau angka pertumbuhannya belum dapat dibeberkan.
Baca Juga: Sentra Food Indonesia (FOOD) tawarkan program kemitraan jual makanan olahan
Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) memproyeksikan pertumbuhan industri mamin tak seperti tahun-tahun sebelumnya yang biasanya berkisar 8%. Adhi Lukman, Ketua Gapmmi mengatakan, kemungkinan industri mamin memperoleh pertumbuhan setidaknya 2%-3% dibandingkan tahun lalu.
Potensi yang ada datang dari stimulus pemerintah kepada masyarakat dengan pemberian bantuan langsung tunai, insentif pekerja dan bantuan lainnya. "Diharapkan program bantuan sosial pemerintah dapat mendorong daya beli masyarakat yang pada akhirnya menguatkan serapan produk mamin di pasar ritel," kata Adhi
Terkait pembatasan sosial alias PSBB, di periode pertama yakni bulan April penjualan mamin ditingkat ritel diakui Gapmmi anjlok. Adapun PSBB kali ini diperkirakan penurunannya tidak setajam PSBB tahap pertama. Saat itu, tidak hanya DKI Jakarta saja yang melakukan PSBB namun diikuti oleh berbagai provinsi.
Masalahnya Jakarta diperkirakan menyumbang hampir 40% penjualan mamin ritel nasional tiap tahunnya. Jadi, pemberlakukan PSBB di Jakarta sangat signifikan bagi kinerja industri ini. "Untuk itulah kami berharap tidak diperpanjang lagi PSBB ini," kata Adhi.
Selanjutnya: Garudafood (GOOD) membidik kelas menengah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News