Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anak usaha perusahaan milik konglomerat Anthoni Salim, First Pacific Company Limited, PacificLight Power Pte. Ltd. (PLP), berhasil memenangkan proyek pembangunan pembangkit listrik Combined Cycle Gas Turbine (CCGT) berkapasitas 600 megawatt (MW) di Jurong Island, Singapura.
Pembangkit listrik tersebut dirancang siap menggunakan hidrogen dan dijadwalkan bisa beroperasi pada Januari 2029 mendatang.
Proyek senilai US$ 735 juta atau sekitar Rp 11,9 triliun ini akan menjadi pembangkit kelas H terbesar dan efisien di Singapura.
Pembangunan ini melibatkan integrasi sistem penyimpanan energi berbasis baterai (Battery Energy Storage System/BESS), yang merupakan pertama di jenisnya di negara tersebut. Langkah ini menunjukkan komitmen PLP dalam mendukung stabilitas sistem energi sekaligus mengurangi biaya operasional dan dampak lingkungan.
Baca Juga: Grup Salim Disebut Cari Pinjaman US$ 300 juta Buat Moya Holdings, Ini Profilnya
Menurut Energy Market Authority (EMA) Singapura, PLP dipilih melalui proses seleksi ketat untuk memastikan keseimbangan pasokan listrik dengan proyeksi pertumbuhan permintaan energi. Proyek ini melengkapi portofolio PLP yang telah mengoperasikan pembangkit CCGT berkapasitas 830 MW sejak 2014 dan pembangunan kapasitas fast start 100 MW yang dijadwalkan beroperasi pada kuartal kedua 2025.
CEO PLP Yu Tat Ming menyatakan, rasa terhormat atas kepercayaan EMA terhadap perusahaan.
“Dengan teknologi yang siap hidrogen dan penyimpanan baterai, fasilitas baru ini menempatkan PLP di garis depan transisi menuju masa depan rendah karbon,” ujar Yu dalam keterangan resmi, dikutip KONTAN pada Kamis (9/1).
Pembangkit ini dirancang untuk mampu menggunakan campuran 30% hidrogen sejak awal dan dapat mencapai 100% hidrogen sesuai kebutuhan pasar dan regulasi di masa depan.
Selain itu, lokasi pembangkit di Jurong Island memungkinkan ekspansi dengan unit CCGT tambahan dan potensi integrasi teknologi Carbon Capture, Utilisation, and Storage (CCUS) sebagai bagian dari strategi dekarbonisasi jangka panjang.
Baca Juga: Menguak Peta Penguasaan Bisnis Air di Indonesia, Dari Salim, Sinarmas, Hingga Adaro
Managing Director dan CEO First Pacific Manuel V. Pangilinan menambahkan, pentingnya proyek ini bagi PLP.
“Proyek ini menunjukkan performa PLP yang kuat di pasar energi yang sangat kompetitif dan memperkuat posisinya sebagai salah satu aset inti First Pacific,” katanya.
Proyek ini juga mencerminkan dukungan First Pacific terhadap inovasi energi bersih di Asia Tenggara, memperkuat peran Singapura sebagai pusat energi regional. Dengan perkembangan ini, PLP tidak hanya memimpin dalam teknologi pembangkitan energi tetapi juga menjadi pelopor dalam solusi energi berkelanjutan.
Bisnis Anthoni Salim di EBT
Pada Mei 2023, melalui First Pacific, Anthoni Salim juga telah menginvestasikan sekitar Rp 6,3 triliun (US$ 427 juta) di SP New Energy, sebuah perusahaan energi surya di Filipina.
Selain itu, Grup Salim, melalui PT Aruna Cahaya Pratama (Aruna PV), telah mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Ground-Mounted 100 megawatt peak (MWp) di Kawasan Industri Kota Bukit Indah (KBI), Purwakarta, Jawa Barat.
Anak usaha Grup Salim lainnya, PT Tamaris Hidro, mengakuisisi saham PT Bahtera Bayu Persada (BBPE), sebuah perusahaan pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM) di Garut, Jawa Barat, dengan kapasitas 2x2,5 MW.
Selanjutnya: IHSG Dibayangi Risalah FOMC, Cek Proyeksi dan Rekomendasi Saham untuk Jumat (10/1)
Menarik Dibaca: Cara Membersihkan Kuas Makeup yang Benar Menurut Dokter Kulit, Sudah Tahu?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News