kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perusahaan farmasi genjot bisnis alat kesehatan tahun ini


Minggu, 08 Maret 2020 / 20:25 WIB
Perusahaan farmasi genjot bisnis alat kesehatan tahun ini
ILUSTRASI. Perusahaan farmasi menggenjot bisnis alat kesehatan di tahun ini.


Reporter: Agung Hidayat, Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebutuhan alat kesehatan (alkes) menunjukkan tren positif. Segmen pasar pemerintahan masih menjadi penyerap utama sektor industri farmasi ini.

Herry Triyatno, Direktur Keuangan PT Indofarma Tbk (INAF) menjelaskan, sejauh INAF porsi penjualan alkesnya sekitar 60% ke segmen pasar pemerintah dan sisanya ke kebutuhan instansi swasta. Di segmen pasar pemerintah, INAF melayani kebutuhan rumah sakit dan juga e-catalog dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Baca Juga: Mau cashflow lebih likuid, Indofarma (INAF) perdalam pasar swasta di 2020

Meski tahun lalu pesta demokrasi berlangsung, Herry mengaku, tidak memiliki dampak terhadap permintaan alkes di pasaran. "Walau ada hajatan politik di 2019, penjualan alkes ke pemerintah tidak terdampak. Meski begitu, INAF akan memperbaiki collection system dengan coba penetrasi porsi swasta," jelasnya kepada KONTAN, Jumat (6/3).

Segmen pasar swasta tetap digenjot, dimana biasanya penagihan bisa lebih cepat agar cash flow perusahaan menjadi lebih likuid. Herry memproyeksikan porsi penjualan alkes di segmen swasta tahun ini bisa menjadi  50% dari total penjualan alkes INAF, dimana tahun lalu porsinya masih 40%.

Keseriusan INAF menggarap segmen alkes ini dibuktikan dengan ditekennya dua nota kesepahaman (MoU) dalam satu bulan Februari tahun ini. MoU pertama INAF kembali menggandeng mitra luar negeri SWS (HK) Ltd. yang berkantor pusat di Hongkong untuk pemasaran dan pengembangan produksi peralatan medis Hemodialisa.

Kemudian, INAF juga menjalin kerjasama dengan PT Poly Jaya Medikal untuk pemasaran dan pendistribusian alat kesehatan. Adapun di sepanjang tahun ini Herry bilang INAF telah mematok target penjualan alat kesehatan Rp 400 miliar lebih tinggi dari pencapaian di 2019 yang sebesar Rp 170 miliar.

Di kuartal-I 2020, Herry memprediksi, pertumbuhan penjualan konservatif sebesar 15% dibandingkan kuartal pertama tahun lalu. Pertumbuhan awal tahun ini didominasi segmen alkes dan obata-obatan yang bakal tumbuh lebih baik dari tahun lalu.

Baca Juga: Ini strategi Indofarma (INAF) hadapi pelemahan rupiah

Besarnya porsi kebutuhan alkes pemerintah diakui distributor alat kesehatan, PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) sebagai faktor pendorong utama bisnis alkes di Indonesia.

Pratoto S. Raharjo, Direktur Utama IRRA mengatakan, dari segi volume penjualan perusahaan misalnya, produk jarum suntik paling banyak diserap oleh Kementerian Kesehatan.

Adapun di tahun lalu penjualan alkes ke pemerintah diakui IRRA mengalami penundaan akibat keterlambatan pengadaan karena pemilihan umum. Harapannya permintaan alkes di tahun ini bisa meningkat, walau tidak dalam waktu dekat.

Baca Juga: Andalkan pasar pemerintah, penjualan dan laba Itama Ranoraya (IRRA) naik di 2019

"Sebab permintaan alat kesehatan dari pemerintah tentu sesuai dengan anggaran pemerintah juga,"  jelas Pratoto kepada KONTAN, Jumat (6/3). Meski menyasar ke pasar pemerintah, Toto menyatakan komposisi penjualan perusahaan antara segmen pemerintah dan swasta hampir seimbang.

Di sepanjang tahun ini, Itama Ranoraya menargetkan penjualan bisa tumbuh 15% sampai 18% year on year (yoy). Ada beberapa cara yang akan dilakukan IRRA, salah satunya menambah jaringan pemasaran dengan menunjuk sub-distributor, perwakilan, maupun cabang yang paling optimal dan efisien untuk ditempatkan di setiap kota bidikan.

Pratoto menambahkan, IRRA juga akan menjajal Surabaya, Medan, dan Bandung di sepanjang 2020. Selain itu, IRRA juga akan bekerjasama dengan lebih dari dua prinsipal baru dari dalam dan luar negeri.

Rencana bisnis alkes yang ekspansif juga ditunjukkan oleh PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang berencana menambah kapasitas produksi pabrikannya. Menurut Vidjongtius, Presiden Direktur KLBF, pihaknya sedang memproses mendirikan pabrik benang operasai di Pulogadung.

"Diharapkan pabrik tersebut dapat produksi secara komersil di tahun 2021," sebutnya kepada KONTAN, Jumat (6/3). Manajemen tak merinci besaran investasinya, namun perusahaan diketahui menganggarkan belanja modal Rp 1 triliun tahun ini untuk menuntaskan pembangunan beberapa pabrik.

Lebih lanjut vidjongtius bilang, KLBF masih mengamati perkembangan pasar alkes tahun ini, secara umum proyeksinya masih positif. Adapun sumbangan bisnis alkes bagi keseluruhan pendapatan bersih KLBF berkisar 5%.

Baca Juga: Kimia Farma (KAEF) bidik pertumbuhan dobel digit pada kuartal I 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×