Reporter: Merlinda Riska | Editor: Markus Sumartomjon
JAKARTA. Industri farmasi memperkirakan pertumbuhan bisnis obat generik jauh lebih tinggi ketimbang obat bermerek (branded). Bila obat bermerek diprediksi tumbuh 13% tahun ini, obat generik bisa melejit 35%.
Ketua Gabungan Pengusaha Farmasi Johannes Setiono menyatakan, perkiraan pertumbuhan obat generik itu lebih tinggi ketimbang pertumbuhan industri farmasi. "Tahun ini pertumbuhan industri farmasi nasional sekitar 12%-13%, sedangkan obat generik antara 30%-35%," katanya kepada KONTAN kemarin.
Artinya, nilai bisnis industri farmasi nasional tahun ini bisa mencapai Rp 50 triliun. Adapun pertumbuhan obat generik yang tumbuh hingga 35% tahun ini nilainya sebesar Rp 6,75 triliun atau memakan porsi 13,5% dari total omzet industri farmasi.
Tahun lalu, pasar obat generik mencapai Rp 5 triliun atau membumbung 66,66% dari nilai bisnis 2011 yang masih Rp 3 triliun.
Nah, Setiono pun masih yakin pertumbuhan bisnis obat generik di 2014 nanti masih tetap melaju kencang, yakni berada di kisaran 35% lantaran Sistem Jaminan Sosial Negara (SJSN) mulai berjalan. Sudah pasti, program ini sangat mengandalkan obat generik yang lebih murah ketimbang obat bermerek.
Tak heran, pebisnis farmasi yang terjun di bisnis obat generik semakin jeprah. Bila tahun lalu, dari total 200 perusahaan yang ada di Indonesia, hanya 100 perusahaan yang berbisnis obat generik, tahun ini diprediksi jumlah akan meningkat menjadi 150 perusahaan. "Apalagi dengan adanya kartu sehat, mulai banyak rumah sakit yang memakai obat generik," ucapnya.
Tak ketinggalan, menurut Setiono, 30 perusahaan farmasi global pun kemungkinan akan terjun di bisnis obat generik. Caranya dengan menjalin kerjasama dengan perusahaan domestik skala besar atau menengah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News