kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perusahaan sawit berupaya terus mendorong ekspor CPO


Kamis, 11 Juni 2020 / 16:41 WIB
Perusahaan sawit berupaya terus mendorong ekspor CPO
ILUSTRASI. Harga CPO Naik: Pekerja mengangkut kelapa sawit di Bogor, Jum'at (22/5). Sepanjang minggu ini, harga CPO di bursa Malaysia melonjak 3,64%. Namun masih terjadinya pandemi Covid-19 dapat membuat permintaan melambat hingga harga kembali menurun. KONTAN/Baiha


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar ekspor minyak sawit mentah (CPO) bakal menghadapi banyak tantangan di tahun 2020 ini. Mulai dari perkara sengketa perdagangan dengan Uni Eropa di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) hingga naiknya tarif pungutan ekspor sawit.

Namun hal tersebut tak menurunkan minat industri untuk tetap mengekspor. Menurut Tofan Mahdi, Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) pasar minyak sawit pada dasarnya adalah pasar ekspor, yakni hampir 70% produk minyak sawit Indonesia terserap ke luar negeri.

Baca Juga: Kemendag akan melakukan hal ini untuk menekan harga gula yang masih tinggi

Mengenai sengketa dengan WTO, Gapki sebelumnya menyatakan optimistis jika Indonesia menang dari gugatan itu. Adapun kondisi pasar di tengah pandemi inilah yang tengah menjadi concern pelaku industri.

"Di tengah pandemik covid-19, banyak negara tujuan ekspor yang melalukan pembatasan kegiatan ekonomi, sehingga mempengaruhi ekspor minyak sawit dari Indonesia juga," terang Tofan kepada Kontan.co.id, Kamis (11/6).

Menurut catatan Gapki, ekspor CPO dan turunannya sepanjang Januari-April 2020 adalah sebesar 10,3 juta ton.

Angka tersebut lebih rendah 12,1% dibandingkan ekspor Januari-April 2019. Namun secara nilai, ekspor Januari- April tahun ini 9,4% lebih tinggi, yaitu US$ 6,96 miliar dibandingkan tahun lalu yang sebesar US$ 6,37 miliar.

Mengenai tarif pungutan ekspor sawit yang naik, Tofan yang juga Senior Vice President of Corporate Communication & Public Affair PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) sebelumnya mengatakan industri akan patuh, tunduk, dan mengikuti peraturan tersebut.

Baca Juga: Berharap dari Kenaikan Harga CPO, Simak Rekomendasi Saham Sawit Sumbermas (SSMS)

Meskipun begitu, ia menyampaikan, kenaikan tarif ini akan membuat biaya perusahaan sawit turut meningkat dan kurang kompetitif di pasar global.

Sedangkan terkait konsumsi dalam negeri, Gapki mencatat pada Januari-April 2020 konsumsi mencapai 5,93 juta ton, lebih tinggi 6,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh adanya implementasi B30.

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diduga turut menyebabkan konsumsi untuk keperluan pangan naik 4 ribu ton di bulan April 2020 dibandingkan Maret 2020 menjadi 725 ribu ton.

Baca Juga: Fundamental CPO Masih Rapuh Meski Harga Naik ke RM 2.000

Sedangkan, konsumsi oleokimia naik 11 ribu ton secara bulanan, menjadi 115 ribu ton di bulan April 2020 dengan seiringĀ  meningkatnya pemakaian hand sanitizer dan sabun.

Besarnya konsumsi dalam negeri berpeluang mengerek porsi penjualan domestik, namun menurut Tofan kontribusinya tidak banyak berubah kemungkinan dikisaran 30% dengan mayoritas 70% diisi oleh pasar ekspor.

Sebab empat pasar produk ekspor sawit Indonesia akan selalu sama yaitu China, India, Uni Eropa, dan Pakistan yang juga akan terus bertumbuh permintaannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×