Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) mulai membangun injection point di Pagardewa, Sumatera Selatan, sebagai bagian dari pengembangan proyek strategis Biomethane.
Injection point di Pagardewa ini adalah titik dimana Biomethane “disuntikkan” ke dalam jaringan gas bumi, sehingga Biomethane dapat digunakan sama seperti gas bumi untuk rumah tangga, industri, retail hingga transportasi darat, serta dapat diakses dengan luas sesuai jangkauan jaringan gas yang sudah beroperasi.
Direktur Utama Perusahaan Gas Negara, Arief Kurnia Risdianto, menjelaskan, titik injeksi di Pagardewa berfungsi untuk menyuntikkan biomethane ke dalam jaringan gas bumi.
Baca Juga: Perusahaan Gas Negara (PGN) Siapkan Ekspansi Proyek Pipa Cisem Hingga Cilacap
Nantinya, biomethane dapat digunakan sama seperti gas alam untuk rumah tangga, industri, ritel, hingga transportasi darat.
Emiten dengan kode saham PGAS ini menargetkan penyediaan biomethane dengan volume sekitar 1,2 BBTUD melalui fasilitas tersebut. Selain biomethane, injection point Pagardewa juga dapat dimanfaatkan untuk sumber pasokan lain seperti coal bed methane (CBM) dan stranded gas.
“Proyek Biomethane akan memperluas portofolio PGN di sektor energi terbarukan dengan menyediakan produk untuk dekarbonisasi. Selain itu, akan membuka peluang bagi PGN untuk mendapatkan pendapatan baru sekaligus memperkuat peran PGN dalam transisi energi serta mendukung pencapaian target ESG perusahaan,” kata Arief dalam keterangan resmi, Kamis (6/11).
PGN memanfaatkan limbah cair pabrik kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) untuk menghasilkan biogas yang diolah menjadi biomethane dan dikompresi menjadi renewable natural gas. Setelah diinjeksikan ke jaringan gas bumi, biomethane dapat didistribusikan ke berbagai sektor pelanggan.
Baca Juga: Perusahaan Gas Negara (PGAS) Siapkan Strategi Hadapi Defisit Pasokan Gas
Berdasarkan potensi besar limbah POME di Indonesia, proyek ini dinilai sebagai solusi modern pengelolaan limbah organik menjadi energi terbarukan. PGN memperkirakan proyek biomethane berpotensi menekan emisi gas rumah kaca (GRK) hingga 29.688 ton CO2e per tahun dari konversi bahan bakar dan 204.867 ton CO2e per tahun dari penangkapan metana.
Menurut Arief, Pulau Sumatera memiliki banyak pabrik pengolahan minyak kelapa sawit serta infrastruktur gas bumi eksisting milik PGN, seperti Pipa Transmisi SSWJ dan Stasiun Kompresor Gas Pagardewa.
"Kehadiran biomethane diharapkan dapat menjadi langkah inovatif dalam rangka meningkatkan ketersediaan energi yang ramah lingkungan dan energi terbarukan untuk masyarakat,” jelas Arief.
Selanjutnya: Udang Indonesia Kembali Tembus Pasar AS Setelah Lolos Uji Radioaktif
Menarik Dibaca: Cara Dapat Uang dari Nonton TikTok, Berikut Langkahnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













