kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45904,03   -19,46   -2.11%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pesaing berkurang, kinerja IATA bisa lebih gesit


Selasa, 30 Mei 2017 / 10:53 WIB
Pesaing berkurang, kinerja IATA bisa lebih gesit


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk (IATA) memprediksi tahun ini bakal menikmati berkah. Mereka yakin, persaingan bisnis penerbangan pesawat sewa atawa charter, kini lebih longgar. Penyebabnya, perusahaan penerbangan lain banyak yang kolaps sejak harga minyak dunia anjlok pada tahun 2015.

Menurut pengalaman Indonesia Transport sebelum tahun 2015, delapan perusahaan bisa memperebutkan satu tender penerbangan sewa.  "Sekarang tinggal tiga hingga empat perusahaan saja dan ini akan memperbesar peluang kami untuk menangkan tender," kata A. Wishnu Handoyo, Managing Director PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk, Senin (29/5).

Hingga kini Indonesia Transport mengantongi tiga kontrak penerbangan sewa. Dua diantaranya kontrak dengan perusahaan migas berjangka waktu lima tahun. Satu kontrak lain melayani perusahaan batubara untuk jangka waktu setahun yang dapat diperpanjang setiap tahun.

Adapun, tahun ini Indonesia Transport menargetkan pendapatan jasa penerbangan sewa dari sektor minyak dan gas (migas) sebesar US$ 12,2 juta. Target itu 19,61% lebih tinggi ketimbang pencapaian tahun lalu US$ 10,2 juta.

Demi mendukung kinerja bisnis penerbangan sewa, Indonesia Transport akan menambah dua pesawat. Dua pesawat itu melengkapi tujuh pesawat yang sudah ada.

Sejauh ini Indonesia Transport masih menimbang dua opsi penambahan pesawat, yakni belanja pesawat baru atau pesawat bekas. Sebagai gambaran, harga pesawat baru US$ 15 juta -US$ 17 juta per unit.

Yang terang, jenis pesawat berbadan besar menjadi pilihan Indonesia Transport. "Kalau dari data SKK Migas, jarak tempuh sekarang lebih panjang karena eksplorasi di dekat pantai sudah semakin kering dan sekarang lebih ke laut dalam," ujar Wishnu.

Sementara duit belanja pesawat bakal mencuil alokasi dana belanja modal alias capital expenditure 2017 yang totalnya US$ 100 juta. Sekitar 30%-35% belanja modal berasal dari kas internal. Selebihnya berasal dari pendanaan eksternal.

Untuk pendanaan eksternal tersebut, Indonesia Transport. juga masih mempertimbangkan sejumlah opsi. Pilihan perusahaan berkode saham IATA di Bursa Efek Indonesia itu seperti menerbitkan medium term note (MTN), obligasi global atau obligasi lokal. Keputusan pendanaan eksternal akan mereka putuskan pasca tender angkutan migas digelar pada semester II-2017.

Asal tahu, jasa penerbangan pesawat sewa bukan satu-satunya sumber pendapatan Indonesia Transport. Mereka cuma mengoperasikan jasa penerbangan sewa privat dan pelabuhan batubara. Target pendapatan masing-masing yakni US$ 2,85 juta dan US$ 4 juta -US$ 6,2 juta.

Sementara total target pendapatan Indonesia Transport tahun 2017 yakni US$19 juta-US$ 21,2 juta. Kalau target minimal saja terpenuhi, perusahaan tersebut bakal mencatatkan pertumbuhan pendapatan 16,70% dibandingkan dengan capaian tahun lalu sebesar US$ 16,28 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×