Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia
UNGARAN. Anjloknya harga tembakau pada musim tanam tahun ini sebelumnya sudah diperkirakan.
Kepala Distanbunhut Kabupaten Semarang, Urip Triyoga mengatakan pihaknya jauh-jauh hari sudah menginstruksikan pengawas lapangan untuk mengimbau petani agar mengurangi luas area tanam tembakau dan beralih ke tanaman produktif lainnya.
Seperti diketahui para petani tembakau di Getasan mengeluh harga tembakau tahun ini terjun bebas. Bahkan kendati harga sudah anjlok, tidaak ada pembeli yang datang ke petani.
"Tahun ini saya usulkan ke APBD Perubahan untuk diversisikasi tanaman. Salah satunya pemberian bibit tanaman jambu merah," kata Urip, Senin (22/8).
Wilayah Getasan serta pada wilayah lereng Gunung Merbabu, Gunung Ungaran, dan Gunung Telomoyo yang secara tradisional menjadi area tanam tembakau, menurutnya sangat prospektif ditanami jambu biji merah.
Tanaman ini setelah tanam bisa duan tahun bisa dipanen secara berkelanjutan dan bisa menghasilkan rata-rata Rp 250.000 per pohon.
Mengubah kebiasaan petani untuk beraih dari tanaman tembakau ke tanaman produktif lainnya, diakui membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
"Kalau kita tidak melangkah akan keliru. Tidak mungkin juga kami mendongkrak harga tembakau dari Rp 2.000 perkilogram menjadi Rp 10.000 perkilogram," imbuh Urip.
Kendati belum seluruhnya, saat ini sebagian petani di Getasan khususnya sudah beralih dari menanam tembakau ke tanaman sayuran organik. "Sudah mulai di Getasan, Bandungan, dan Kecamatan Sumowono," jelasnya.
Salah seorang petani tembakau di dusun Seloduwur, Batur, Getasan, Suroso (70) mengaku bersyukur kendati masih merugi akibat harga tembakau anjlok, namun dirinya masih mendapatkan hasil dari tanaman pendamping lainnya.
"Beruntung masih menanam cabai, sayuran dan bunga. Jadi hasilnya bisa untuk tambahan menutup kerugian tanam tembakau," kata Suroso.
Ia dan ratusan petani di Getasan mengaku dihadapkan pada pilihan yang sulit. Selain harga tembakau jatuh, para pembelipun seolah menghilang. "Jarang yang mengambil tembakau, situasi tahun ini lebih terpuruk dari tahun sebelumnya," katanya. (Syahrul Munir)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News