Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) melakukan upaya khusus sapi indukan wajib bunting (Upsus Siwab). Program ini untuk mempercepat peningkatan populasi sapi. Target Upsus Siwab tahun 2017 sebanyak 4 juta ekor akseptor dan 3 juta ekor sapi bunting.
Namun, Ferry, Ketua Komunitas Peternak Sapi Indonesia wilayah Jawa Barat berpendapat, program Upsus Siwab ini kurang efektif untuk meningkatkan populasi sapi lokal. "Yang harus disadari oleh pemerintah adalah negara kita kekurangan indukan betina yang produktif," tuturnya.
Program ini tidak akan berjalan maksimal, jika pemerintah tidak menambah indukan betina produktif. "Saran saya, dalam satu hingga tiga tahun ke depan, kita impor bakalan betina dulu sambil penelitian bagaimana bisa menghasilkan indukan betina yang produktivitasnya panjang, berkualitas, dan harganya terjangkau," ungkap Ferry.
Ia juga mengeluhkan tentang mahalnya sapi bakalan betina lokal. Harganya sekitar Rp 150.000 per kilogram (kg) hidup. "Bakalan impor lebih murah, harganya bisa setengah bakalan lokal. Makannya saya bilang impor dulu saja," tuturnya pada KONTAN (6/3).
Upaya Pemerintah untuk meningkatkan populasi sapi lokal juga akan sia-sia jika di tingkat tata niaga tidak diatur. "Sekarang daging sapi lokal kalah dengan daging impor. Belum lagi kalau ada pedagang nakal, oplos daging sapi sama daging kerbau impor," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News