kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pfizer tingkatkan kapasitas produksi 20%


Jumat, 20 Agustus 2010 / 07:15 WIB
Pfizer tingkatkan kapasitas produksi 20%


Reporter: Gloria Haraito | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Industri farmasi Indonesia yang semakin menggeliat membuat manufaktur obat berniat menambah produksi. Sebut saja PT Pfizer Indonesia yang saat ini sedang siap tancap gas. Luthfi Mardiansyah, Presiden Direktur Pfizer mengatakan, kebutuhan obat-obatan yang semakin meningkat membuat perusahaan berniat meningkatkan kapasitas produksi.

"Kami ada program lima tahun dari tahun ini sampai 2015 untuk meningkatkan kapasitas produksi sekitar 20%," ujar Luthfi di Jakarta, Kamis (20/8). Sayang, ia enggan menyebut kapasitas produksi yang ada saat ini. Yang jelas, Pfizer memiliki pabrik di Cimanggis yang memiliki empat unit bisnis. Luthfi juga emoh membocorkan investasi demi meningkatkan kapasitas pabrik.

Keempat unit bisnis obat-obatan Pfizer antara lain primary care, established product, oncology dan specialty, serta vaccine. Luthfi mengatakan, sebanyak 20% dari produksi dilempar ke pasar ekspor. Sementara 80% lainnya dijual ke pasar domestik.

Karena memiliki fasilitas pabrik di sini, Pfizer mengaku tak masalah dengan kebijakan pemerintah mewajibkan produsen memproduksi obat. Kewajiban ini lahir karena pemerintah melihat, banyak distributor obat hanya bertindak sebagai importir, bukan produsen. Karenanya, pemerintah mewajibkan produsen obat hanya mengimpor bahan baku saja. Sisanya, produsen obat harus mengolah obat menjadi produk jadi.

"Memang ada beberapa obat yang masih kami impor dalam bentuk jadi, namun pemerintah pun membolehkan hal itu untuk jenis obat tertentu yang tidak ada bahan baku dan produknya di dalam negeri," kata Luthfi. Contoh produk yang diimpor Pfizer dan dipasarkan di pasar domestik ialah obat penanggulangan kolesterol dan jantung.

Seluruh bahan baku Pfizer berasal dari berbagai pabrik perusahaan terafiliasi di seluruh dunia seperti Australia dan Jerman. Luthfi yakin, semester II-2010 awan cerah akan menaungi industri farmasi terkait dengan kesadaran masyarakat untuk peduli akan kesehatan semakin tinggi. Hal ini bisa dilihat dari masyarakat yang mau memeriksa kesehatan secara berkala walau tidak sakit.

Sejak 2007, Pfizer hanya memproduksi obat-obatan etik yang hanya bisa dijual berdasarkan resep dokter. Hal ini ditandai dengan dijualnya merek obat yang dijual bebas alias over the counter (OTC) Listerine dan Mylanta kepada PT Johnson & Johnson Indonesia. "Kami melihat industri farmasi akan tumbuh di semester dua seiring dengan gencarnya edukasi oleh masing-masing produsen obat," lanjut Luthfi.

Soal wacana pemerintah yang akan memperlunak aturan daftar negatif investasi (DNI) industri farmasi, Luthfi pun melihat hal ini tak akan berdampak pada perusahaan. Kabarnya, pemerintah berencana melonggarkan batas maksimal kepemilikan asing di perusahaan farmasi yang saat ini 75%. "Prinsipal kami belum ada rencana meningkatkan kepemilikan," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×