Sumber: Kontan | Editor: Test Test
JAKARTA. Mimpi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) memenuhi seluruh kebutuhan gas nasional belum kesampaian. Sampai saat ini, perusahaan pelat merah itu masih kekurangan gas 297 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).
Direktur Utama PGN Hendi Priyo Santoso mengatakan, kekurangan gas terjadi lantaran perusahaan tidak bermain di bisnis hulu migas. Akibatnya, "PGN hanya dapat mendistribusikan gas," imbuh Hendi.
Kondisi ini tentu membuat para pelaku usaha di daerah mengeluh. Soalnya, mereka tidak memperoleh kepastian pasokan gas untuk menjamin kelangsungan usahanya. Untuk wilayah Jawa Bagian Barat saja, PGN mencatat ada sekitar 342 pelanggan ritel yang tidak kebagian gas.
Saat ini, PGN membagi pelanggan menjadi tiga kategori. Yaitu, rumah tangga, industri besar, dan komersial (ritel) yang didalamnya terdapat industri skala menengah dan kecil. PGN juga membagi kebutuhan gas menjadi tiga wilayah. Yaitu, Jawa Bagian Barat, Jawa Bagian Timur, dan Sumatera Bagian Utara. Setiap wilayah punya kebutuhan gas berbeda.
Hendi bilang, untuk mengatasi kekurangan pasokan gas, PGN berencana membeli gas sebanyak 335 MMSCFD. PGN akan membelinya dari tiga lapangan gas baru, yaitu Cophi-Suban III sebanyak 200 MMSCFD, Badan Kerjasama Operasi Pertamina Talisman Jambi Merang 35 mmscfd, dan KEIL-Terang Sirasun Batur 100 MMSCFD.
Untuk memuluskan rencana ini, PGN memerlukan dukungan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM.
Sebenarnya, PGN juga akan memperoleh tambahan gas sebesar 236 MMSCFD. Cuma, tambahan ini hanya bisa didapatkan jika para pemasok bisa menggelontorkan gas dalam jumlah maksimum sesuai kontrak. Sampai saat ini, PGN telah meneken kontrak pasokan gas dengan lima produsen gas, yaitu Pertamina West Java, Ellips Jatirangon, PHE ONWJ, Cophi SSWJ dan Pertamina SSWJ.
Terkait masih kurangnya pasokan gas dalam negeri, Kepala Badan Pengelola Minyak dan Gas R. Priyono berjanji mengutamakan pasokan gas domestik untuk keperluan industri di dalam negeri. Tahun lalu, total produksi gas nasional 7.956 miliar british thermal unit per hari (BBTUD). Dari jumlah tersebut, 54% digunakan untuk keperluan domestik. Sedangkan 46% sisanya diperuntukkan buat ekspor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News