Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
JAKARTA. Masyarakat di wilayah Sumatra rupanya masih harus bersabar atas pemadaman listrik bergilir (byar pet). Sebab, proses pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang telah disiapkan PLN untuk menambah pasokan setrum di Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Aceh mengalami keterlambatan.
Ketiga pembangkit yang mengalami keterlambatan pembangunan itu adalah PLTU Nagan Raya berkapasitas 2x110 Megawatt (MW) di Meulaboh, Aceh, PLTU Pangkalan Susu berkapasitas 2x200 MW di Sumatra Utara, dan PLTU Teluk Sirih berkapasitas 2x112 MW di Sumatra Barat.
Menurut Direktur Operasional Listrik Jawa, Bali, dan Sumatra PLN, Ngurah Adnyana, ketiga kontraktor untuk pembangunan tersebut berasal dari China. "Pembangunan PLTU Nagan Raya harusnya selesai Oktober 2012, kalau untuk yang Pangkalan Susu harusnya selesai April 2013 lalu, dan pembangunan Teluk Sirih juga telat," kata dia, usai acara halal bi halal di kantornya, Senin (2/9).
Sayang, Adnyana enggan mengungkapkan nama-nama perusahaan kontraktor asal China itu. Namun, dia bilang, pihaknya tidak akan melakukan pemutusan kontrak dengan ketiga kontraktor tersebut. Sebab, jika hal itu dilakukan, justru bisa jadi pembangunan proyek itu semakin molor.
Nasri Sebayang, Direktur Konstruksi dan Energi Baru Terbarukan PLN menambahkan, untuk Nagan Raya, sebenarnya pada Oktober 2013 tahap pengujiannya sudah bisa masuk ke dalam sistem kelistrikan, lalu untuk Teluk Sirih juga satu unit sudah bisa selesai akhir tahun 2013.
Sementara itu, kata Nasri, kontraktor di Pangkalan Susu memang ada konflik lantaran ada satu perusahaan keluar dari konsorsium kontraktor di sana. "Namun, saya masih yakin kontraktor di Pangkalan Susu tetap bisa melakukan pengujian pada 1 Oktober 2013 nanti," kata dia.
Nasri melanjutkan, masyarakat di ketiga wilayah tersebut harus lebih bersabar karena memang penambahan dari tiga PLTU tersebut baru akan terealisasi pada kuartal II tahun 2014 mendatang. Meski demkian. "Kami sudah menyiapkan tambahan 150 MW untuk menambah pasokan di Sumatra Utara. Saat ini, kebutuhan di Sumur 1.600 MW, sementara kami baru memiliki 1.500 MW," imbuhnya.
Selain itu juga, kata Nasri, PLN sedang meminta kontrak tambahan dari PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) menjadi 90 MW. Sebelumnya, Inalum hanya memasok listrik ke PLN mencapai 45 MW. "Kami tahu, pertumbuhan setiap wilayah itu 14% per tahun, sementara pertumbuhan listrik PLN per tahun hanya 10%," ungkap Nasri.
Nasri meminta maaf kepada masyarakat di ketiga wilayah tersebut. Untuk itu, pihaknya akan terus mengejar keterlambatan tersebut. "Kami akan terus bekerja dan berikan yang terbaik bagi masyarakat di sana," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News