Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PLN berencana melakukan pengakhiran operasional lebih dini alias early retirement terhadap sebanyak 6,7 gigawatt (GW) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) hingga 2040 mendatang.
Sebanyak 3,2 GW PLTU di antaranya bakal ‘pensiun dini’ secara alami seturut umur teknis pengoperasionalannya yang memang akan habis, sementara 3,5 GW sisanya bakal diatur agar bisa pensiunkan lebih cepat.
Direktur Perencanaan Korporat dan Pengembangan Bisnis PLN, Hartanto Wibowo mengatakan, PLN telah menyusun peta jalan atau road map untuk mendukung pencapaian target Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060 yang dicanangkan oleh pemerintah.
Baca Juga: Soal Jual-Beli Pembangkit Listrik Batubara, Ini Kata Kementerian ESDM
“Di dalam inisiatif itu kita punya berbagai program, salah satu programnya adalah early retirement PLTUdan kitia akan membangun pembangkit EBT (energi baru terbarukan),” ujar Hartanto saat ditemui usai acara 'gala dinner' program G20 Kompas di Hotel Pullman, Jakarta Pusat, Rabu (19/10) malam.
Sejauh ini, program early retirement PLTU PLN telah berbuah penandatanganan Principal Framework Agreement antara PLN dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Lewat Principal Framework Agreement itu, kedua perusahaan pelat merah tersebut melakukan penjajakan untuk salah satu PLTU, yakni PLTU Pelabuhan Ratu, Jawa Barat.
Dengan adanya program pengakhiran lebih awal, masa operasional PLTU Pelabuhan Ratu akan terpangkas dari 24 tahun menjadi 15 tahun. Penurunan masa operasional tersebut akan dibarengi oleh potensi pemangkasan emisi karbondioksida (CO2) ekuivalen sebesar 51 juta ton atau setara Rp 220 miliar.
Setelah penandatanganan Principal Framework Agreement ini, PTBA dan PLN akan melakukan proses uji tuntas alias due diligence untuk program early retirement PLTU tersebut. Dalam siaran pers bertarikh 18 Oktober 2022, manajemen PTBA menyinggung adanya proses pengambilalihan dalam upaya early retirement PLTU Pelabuhan Ratu.
Baca Juga: Mengintip Isi Kantong PTBA yang Ingin Beli PLTU Pelabuhan Ratu Seharga US$ 800 juta
“Pengambilalihan PLTU akan menggunakan pendanaan murah dengan skema Energy Transition Mechanism (ETM) yang disusun oleh Kementerian Keuangan. Skema ini merupakan pembiayaan campuran (blended finance) yang melibatkan para investor,” tulis Corporate Secretary PTBA, Apollonius Andwie dalam siaran pers yang diterbitkan Selasa (18/10).
Belum ketahuan apakah PLN bakal menerapkan skema yang sama dengan PLTU Pelabuhan Ratu pada proses early retirement PLTU-PLTU lainnya, yakni melibatkan pihak lain untuk mengambil alih PLTU yang akan dipensiunkan dini. Hartanto sendiri menolak menggunakan istilah “pemindahtanganan aset” dalam membahasakan upaya tersebut.
“Saya kira kita tidak sedang bicara tentang pemindahtanganan aset, early retirement adalah bagaimana kita bersama-sama berkolaborasi di dalam seluruh elemen bangsa ini. Di dalamnya adalah bagaimana kita melakukan program-program yang selaras dengan transisi energi,” tegas Hartanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News