kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Porsi pembangkit baru EBT mencapai 51,6%, RUPTL 2021-2030 disebut yang paling hijau


Selasa, 05 Oktober 2021 / 13:55 WIB
Porsi pembangkit baru EBT mencapai 51,6%, RUPTL 2021-2030 disebut yang paling hijau
ILUSTRASI. PLN mengklaim Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN 2021-2030 merupakan RUPTL yang paling hijau


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PLN mengklaim Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN 2021-2030  merupakan RUPTL yang paling hijau karena digunakan sebagai landasan untuk mencapai target carbon neutral pada 2060 mendatang. 

Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan, setelah melalui proses panjang akhirnya RUPTL 2021-2030 dapat diselesaikan. 

Sebagai informasi, proses penyusunan draf awal RUPTL 2020-2029 dilaksanakan pada 18 Agustus 2020 sampai kemudian tersusun draf RUPTL 2021-2030 pada 28 Desember 2020. Kemudian proses berlanjut dengan dilakukannya revisi beberapa kali sehingga terbentuk revisi keempat  yang disampaikan pada Kementerian ESDM pada 27 September 2021. 

"RUPTL 2021-2030 merupakan yang paling green sebagai landasan untuk mencapai carbon neutral pada 2060," tegas Zulkifli pada acara webinar diseminasi RUPTL PLN 2021-2030, Selasa (5/10). 

Baca Juga: Simak jurus PLN siasati penerapan pajak karbon mulai awal tahun depan

Zulkifli mengatakan, RUPTL ini disebut paling green karena porsi energi baru terbarukan (EBT) pada rencana pembangkit baru mencapai 51,6% atau 20.923 MW. Adapun sisanya dari pembangkit fosil 48,4% atau 19.652 MW. 

Perinciannya, PLTA/PLTM/PTMH memiliki komposisi terbesar hingga 25,6% atau 10.391 MW. Diikuti PLTS sebesar 11,5% atau 4.680 MW. Kemudian, PLTP 8,3% atau 3.355 MW, dan sisanya dari PLT EBT base, PLTB, dan lainnya. 

Meningkatkan porsi EBT dilakukan untuk mencapai target bauran energi baru terbarukan sebesar 23% pada 2030 mendatang. 

Ada beberapa program yang dilaksankan PLN untuk mencapai target tersebut. Zulkfli menyebutkan, PLN akan meningkatkan keberhasilan commercial operation date (COD) PLTP dan PLTA yang besar kontribusinya terhadap bauran energi. Kemudian,  program dedieselisasi PLTD terbesar menjadi PLTS sebesar 1,2 GW peak dengan battery. 

PLN juga akan membangun PLTS 4,7 GW dan PLTB 0,6 GW. Tak hanya itu, PLN juga akan  implementasi co-firing biomassa pada PLTU. 

"Progam selanjutnya setelah 2025 adalah mengganti PLTU berbasis batubara dengan PLT EBT base sebesar 1 GW serta melakuan pemensiunan 1,1 GW PLTU sub-critical di Muara Karang, Tanjung Priok, Tambak Lorok, Gresik pada 2030," kata Zulkifli. 

Dalam pengembangan pembangkit EBT, Zulkfli mengatakan, PLN telah memperhitungkan keseimbangan antara suplai dan permintaan, kesiapan sistem, keekonomian dan diikuti dengan kemampuan domestik untuk memproduksi EBT sehingga ke depan Indonesia tidak hanya menjadi hanya negara pengimpor EBT belaka. 

PLN juga telah menyampaikan kepada Presiden Jokowi mengenai rencana transisi energi menuju zero carbon pada 2060. 

PLN telah menyusun rencana jangka pendek hingga panjang untuk mencapai target tersebut. Dalam jangka pendek PLN akan melaksanakan transisi energi fosil ke energi bersih dengan quick wins seperti, melalui program dediesilisasi, co-firing biomassa, dan lainnya. 

Kemudian dalam jangka menengah, PLN mengembangkan energi hijau secara masif. Dalam jangka panjang, PLN akan menggunakan serta memanfaatkan teknologi baru dalam menekan emisi karbon. 

Selanjutnya: Pengesahan RUPTL 2021-2030 lebih lama karena sejumlah faktor ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×