Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) menyatakan kesediaan untuk mengambil alih tugas PT Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) sebagai importir minyak mentah dan importir bahan bakar minyak (BBM).
Hal tersebut disampaikan oleh Heinrich Napitupulu, selaku Direktur Utama PPI kepada KONTAN di Jakarta, Senin (27/2). Heinrich bilang, PPI sudah terbiasa dalam melakukan transaksi perdagangan ekspor-impor termasuk komoditas.
"Sepanjang Menteri badan Usaha Milik Negara (BUMN) menunjuk kami, maka kami siap menjalankannya," kata Heinrich yang menunggu jika ada instruksi dari kementerian BUMN itu.
Perlu diketahui, beberapa waktu lalu, Dahlan Iskan, selaku Menteri BUMN sudah mengusulkan supaya tugas Petral dialihkan ke PT PPI. Gagasan ini diambil Dahlan, karena banyak isu tak sedap menerpa Petral, selaku anak usaha Pertamina tersebut. Bahkan, Dahlan memiliki usulan membubarkan Petral.
Banyaknya isu tak sedap yang menerpa Petral, dikhawatirkan bisa mengganggu kinerja Direksi Pertamina, terutama terkait dengan good corporate governance (GCG). Menurut Dahlan, pembubaran Petral sudah disetujui Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan.
Sekedar informasi, usulan Dahlan menyerahkan kinerja Petral ke PPI cukup beralasan. Sebab, atau dikenal dengan mana Indonesia Trading Company (ITC) merupakan BUMN trading house di Indonesia, yang berkecimpung dalam bidang ekspor impor dan distribusi.
PPI sudah berdiri sejak 2003, hasil merger dari tiga BUMN, yaitu Niaga, PT Tjipta Niaga, PT Dharma Niaga dan PT Pantja Niaga. Produk yang diperdagangkan PT PPI antara lain material konstruksi (semen, aspal, produk baja dan produk besi lainnya).
Selain itu juga, PPI juga memperdagangkan produk agro yang terdiri dari bahan kebutuhan pokok, rempah-rempah, hasil hutan, dan produk perikanan. Sedangkan bahan kimia terdiri dari pupuk, pestisida, bahan kimia berbahaya, dan obat-obatan.
Selain itu ada juga peralatan seperti alat kesehatan, pertanian, mesin berat dan kendaraan bermotor juga diperdagangkan PT PPI. Untuk produk konsumer, yang diperdagangkan meliputi produk dari beberapa merek terkenal.
Tak hanya itu, PPI juga dipercaya sebagai importir barang kimia berbahaya dalam pengawasan, seperti: borax, sodium cyanide; minuman beralkohol juga gula pasir. Tahun lalu, pendapatan PPI mencapai Rp 2,5 triliun. Jumlah ini naik dibandingkan dengan pendapatan PPI pada tahun 2010 sebesar Rp 2 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News