Reporter: Petrus Dabu |
JAKARTA. Subsidi energi tahun ini bisa ditekan apabila pemerintah berani menaikkan harga premium dari Rp 4.500 per liter menjadi Rp 5.500 per liter.
Berdasarkan kajian Reforminer Institute, apabila kenaikan harga premium itu diterapkan secara nasional, maka pemerintah berpotensi menghemat anggaran Rp 24 triliun.
Potensi penghematan tersebut menurut Direktur Reforminer Institute, Pri Agung Rakhmanto berdasarkan asumsi harga keekonomian premium sebesar Rp 8.000 per liter.
"Jika kenaikan harga Rp 1.000 per liter juga diterapkan untuk solar, maka total potensi penghematan bisa mencapai Rp 38,3 triliun," hitung Pri Agung kepada wartawan, Kamis (5/1).
Pri Agung menilai, menaikkan harga BBM bersubsidi adalah pilihan paling rasional mengingat tahun ini harga minyak dunia diperkirakan akan terus naik seiring dengan masih memanasnya hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran. Dia memprediksi harga minyak mentah Indonesia (ICP) tahun ini tidak akan turun di bawah US$ 100 per barel seperti diasumsikan kan pemerintah dalam APBN 2012 sebesar US$ 90 per barel.
Wakil Menteri ESDM, Widjajono Partowidagdo mengklaim pemerintah tidak mungkin mengubah keputusan untuk pembatasan BBM bersubsidi dengan menaikkan harga BBM bersubsidi karena rencana pembatasan itu sudah menjadi keputusan politik.
"Keputusan itu tinggal kami jalankan, sehingga bisa menurunkan beban subsidi. Keputusannya memang begitu, masak sekarang kami harus menaikkan BBM bersubsidi,” ujarnya.
Menanggapi perseteruan Anggota Komisi VII DPR Satya Wirayudha mengungkapkan, saat ini opsi menaikkan harga BBM bersubsidi tidak bisa dilakukan karena APBN 2012 mengamanatkan pengaturan bukan menaikkan harga BBM bersubsidi.
"Saya dukung usulan menaikkan harga Premium, tapi hal itu baru bisa dilakukan saat pembahasan APBN-P Mei 2012," ujar politikus Golkar ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News