kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.917.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.321   -28,00   -0,17%
  • IDX 7.388   101,19   1,39%
  • KOMPAS100 1.043   4,17   0,40%
  • LQ45 790   2,24   0,28%
  • ISSI 246   3,92   1,62%
  • IDX30 409   1,37   0,34%
  • IDXHIDIV20 468   1,26   0,27%
  • IDX80 117   0,46   0,39%
  • IDXV30 119   0,55   0,47%
  • IDXQ30 130   0,21   0,16%

Produk Indonesia Makin Diminati di Tiongkok, Catat Potensi Transaksi Rp 5,86 Miliar


Jumat, 18 Juli 2025 / 06:55 WIB
Produk Indonesia Makin Diminati di Tiongkok, Catat Potensi Transaksi Rp 5,86 Miliar
ILUSTRASI. Indonesia berhasil mencatatkan potensi kerja sama bisnis (B-to-B) senilai USD 360 ribu, atau setara Rp 5,86 miliar, dalam ajang bergengsi the 31st China Lanzhou Investment and Trade Fair (CLITF) 2025.


Reporter: Sri Sayekti | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia berhasil mencatatkan potensi kerja sama bisnis (B-to-B) senilai USD 360 ribu, atau setara Rp 5,86 miliar, dalam ajang bergengsi ‘the 31st China Lanzhou Investment and Trade Fair (CLITF) 2025’. Potensi transaksi ini sebagian besar berasal dari biji kopi Indonesia dalam kemasan yang sudah dipanggang (roasting). CLITF berlangsung pada 6–10 Juli 2025 di Gansu International Convention and Exhibition Center, Lanzhou, Tiongkok.

Atase Perdagangan RI Beijing Budi Hansyah menyampaikan, partisipasi Indonesia pada CLITF 2025 menjadi momentum penting untuk memperluas penetrasi pasar ekspor ke Tiongkok, khususnya ke kawasan Tiongkok Barat Laut.

“Pameran ini tidak hanya berorientasi pada transaksi jangka pendek, tetapi juga membuka ruang kolaborasi jangka panjang dengan mitra dagang potensial di Tiongkok, terutama di kawasan Barat Laut seperti Kota Lanzhou, Xi’an, dan Yinchuan. Kami mendorong kolaborasi para pelaku usaha Indonesia dengan pembeli Tiongkok di sektor pertanian, makanan, dan energi terbarukan di kawasan ini,” imbuh Budi.

Paviliun Indonesia yang menempati area seluas 162 m² di Zona Silk Road International Cooperation menghadirkan produk-produk unggulan Indonesia. Produk-produk tersebut, antara lain, kopi (biji kopi dan kopi kemasan), mi instan, makanan ringan, sarang burung walet, kerajinan tangan, perhiasan, batik, minyak aroma terapi, serta gaharu.

Budi mengatakan, produk-produk Indonesia mendapat sambutan positif dari pengunjung dan media lokal. Pengunjung internasional tampak antusias terhadap cita rasa unik produk makanan dan minuman serta keindahan produk kerajinan tangan yang ditampilkan.

Baca Juga: Pelepasan Ekspor Perdana Komoditas Kelapa ke Tiongkok dari TPK Bagendang

Selain potensi transaksi, Indonesia juga mencatat transaksi ritel langsung senilai USD 12,36 ribu atau sekitar Rp201,16 juta untuk produk mi instan, kopi kemasan dan biji kopi, minyak aromaterapi, baju batik, perhiasan, gaharu, dan makanan ringan.

Sebanyak 16 perusahaan dan distributor produk Indonesia di Tiongkok ternama berpartisipasi di Paviliun Indonesia. Perusahaan-perusahaan ini, yaitu Shanghai Resources International Trading Co.,Ltd. (Indofood); Shenzhen Hejing Tianlun Import and Export Trade Co., Ltd.; Enerlife Foods (Shanghai) Co., Ltd. (Nabati); United Harvest China Co., Ltd.; Shenzhen Jiade Yifeng Supply Chain Co., Ltd.; UD Raja Kopi; PT Prasidha Aneka Niaga Tbk; PT Jakar Bata Manor Indonesia; Brook Bear Food Supply Chain (Haikou) Co., Ltd.; Fuzhou Anlong Import and Export Import Co., Ltd.; GMC Collection; Ellyhan Jewelry; Tioet; PT Surabaya Indah Permai; PT Guna Graha Gemilang; serta John Andrew Coffee.

John Andrew Coffee mencatatkan potensi transaksi B-to-B terbesar bagi Indonesia, sekitar 75 persen dari total potensi transaksi yang ada. “Partisipasi kami di CLITF 2025 memberikan hasil yang sangat positif. Pasar Tiongkok Barat Laut menunjukkan minat yang kuat terhadap kopi Indonesia yang memiliki karakter rasa unik dan berkualitas premium.

Selain mendapatkan eksposur besar dari posisi strategis Paviliun Indonesia, kami juga berhasil menjalin kesepahaman awal dengan buyer potensial dari Lanzhou untuk pasokan biji kopi Indonesia secara reguler,” ujar Yenny, perwakilan dari John Andrew Coffee.

Indonesia sebagai Guest Country of Honor

Dalam pameran tersebut, Indonesia berpartisipasi sebagai Guest Country of Honor. Predikat ini memberi Indonesia eksposur istimewa dalam promosi produk unggulan; kunjungan Paviliun Indonesia oleh perwakilan Pemerintah Provinsi Gansu, Tiongkok; desain area pameran yang mencolok; dan letak lebih strategis yang menonjol dibandingkan partisipan lainnya. “Keikutsertaan Indonesia sebagai Guest Country of Honor menjadi bentuk pengakuan terhadap peran strategis Indonesia sebagai mitra dagang utama Tiongkok,” kata Budi.

Baca Juga: Bukan Gara-Gara Tiongkok, Petani Ungkap Biang Kerok Kelapa RI Langka

Mengusung desain tropis khas Indonesia dengan perpaduan elemen budaya tradisional dan dekorasi modern, Paviliun Indonesia menjadi salah satu daya tarik utama di arena pameran. Paviliun dibuka secara resmi oleh Duta Besar RI untuk Tiongkok Djauhari Oratmangun, dihadiri perwakilan Pemerintah Kota Lanzhou, serta perwakilan Kementerian Koordinator Bidang Pangan RI.

CLITF merupakan ajang tahunan berskala besar yang telah diadakan sejak 1993 dan menjadi salah satu pameran perdagangan utama di Tiongkok Barat Laut. Fokus sektor kerja sama mencakup pertanian modern, energi baru, pariwisata budaya, dan perdagangan internasional.

Sekilas Perdagangan Indonesia-Tiongkok

Hingga Mei 2025, Tiongkok tetap menjadi negara tujuan ekspor utama bagi Indonesia. Nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Tiongkok tercatat mencapai USD 24,25 miliar atau sekitar 22,9 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia pada periode Januari—Mei 2025. Produk-produk utama yang diekspor Indonesia ke Tiongkok mencakup besi dan baja, batu bara, nikel, serta minyak kelapa sawit.

Lonjakan permintaan dari sektor industri dan energi Tiongkok turut mendorong peningkatan volume ekspor Indonesia, termasuk untuk komoditas setengah jadi yang digunakan dalam industri berat dan manufaktur Tiongkok. Peluang ekspor ini turut didukung dengan adanya kebijakan Pemerintah Tiongkok untuk mendorong kemandirian industri strategis melalui inisiatif “Made in China 2025”, memperluas kapasitas produksi, dan mendorong ekspor produk teknologi serta bahan baku seperti plastik polipropilena (PP). Meskipun memicu kekhawatiran utang serta proteksionisme, kebijakan ini dipandang sebagai fondasi untuk memperkuat posisi Tiongkok di rantai pasok global.

Baca Juga: Total Impor RI Tembus US$96,6 Miliar hingga Mei 2025, Didominasi Produk Dari Tiongkok

Selanjutnya: IHSG Diprediksi Lanjut Reli, Simak Rekomendasi Saham untuk Jumat (18/7)

Menarik Dibaca: Waspadai Penguatan IHSG Terbatas, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU

[X]
×