Reporter: Diemas Kresna Duta, Uji Agung Santosa | Editor: Azis Husaini
JAKARTA. Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Sumber Daya Alam dan Mineral (ESDM) mencatat, produksi batubara nasional dari Januari-Desember 2012 mencapai 386 juta ton. Produksi tahun lalu itu naik sekitar 9,3% dibandingkan dengan jumlah produksi pada 2011 lalu yang sebanyak 353 juta ton.
Direktur Pengusahaan Batubara Ditjen Minerba, Edi Prasojo mengatakan, dari jumlah tersebut perusahaan pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) masih menjadi penyumbang terbesar produksi batubara. Kelompok ini menyumbang produksi sebanyak 251 juta ton.
Untuk perusahaan pertambangan batubara pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) menghasilkan batubara sebanyak 121 juta ton. "Kemampuan produksi PKP2B memang besar," ungkap Edi kepada KONTAN, (9/1).
Seperti diketahui, untuk 2012, alokasi penjualan batubara masih didominasi untuk memenuhi pasar ekspor, seperti ke China, Jepang, dan India. Tahun lalu, Indonesia mengekspor batubara sebanyak 304 juta ton atau 73% dari total produksi 2012.
Sedangkan sisa produksi sebanyak 82 juta ton atau 27% dari total produksi untuk memenuhi kewajiban suplai ke pasar lokal atau domestic market obligation (DMO).
Edi mengaku, ketimpangan distribusi ini disebabkan karena banyak proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang belum beroperasi tahun 2012. "Dari target alokasi 82 juta ton untuk kebutuhan domestik di tahun lalu, realisasinya sebesar 67,3 juta ton," kata dia.
Sementara untuk 2013, Edi mengungkapkan, produksi batubara bisa mencapai 366 juta ton hingga 391 juta ton. Menurutnya, prediksi ini dari hasil evaluasi produksi batubara tahun lalu. "Jadi kami selalu membuat target produksi berdasarkan ambang batas bawah dan ambang batas atas produksi. Tahun 2012 itu mencapai ambang batas atas produksi," kata dia.
Untuk DMO tahun ini, Edi menerangkan, pemerintah mematok sebanyak 74,32 juta ton batubara atau sekitar 20% dari target produksi batubara di tahun ini. Ia berharap DMO tersebut dapat diserap maksimal supaya batubara Indonesia dapat lebih bermanfaat bagi industri nasional.
Saat ini, kata Edi, pabrik setrum seperti PT PLN (Persero) dan industri-industri yang punya pembangkit listrik sendiri tentu membutuhkan batubara dalam jumlah besar. "Dalam empat tahun terakhir produksi batubara nasional naik cukup signifikan. Kami harap perusahaan nasional dapat memanfaatkannya," pungkasnya.
Ketimpangan daerah
Sementara itu, saat ini pemerintah juga sedang mendorong peningkatan eksplorasi dan eksploitasi batubara di wilayah Sumatera. Sukhyar, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, mengatakan, saat ini distribusi pertambangan batubara di Indonesia masih timpang.
Dari potensi tambang batubara nasional yang mencapai sebesar 161 miliar ton, sebanyak 53% berada di Sumatera dan sebanyak 47% sisanya berada di Kalimantan. "Namun saat ini 92% eksplorasi dan eksploitasi tambang batubara ada di Kalimantan, sedangkan di Sumatera hanya sebesar 8% saja," kata dia.
Menurut Sukhyar, ketimpangan itu terjadi karena wilayah Kalimantan menawarkan infrastruktur yang lebih baik dibandingkan dengan Sumatera. Selain itu, Kalimantan juga memiliki sungai-sungai yang besar yang bisa digunakan untuk sarana transportasi batubara.
Sebaliknya di Sumatera tidak mempunyai sungai besar, sementara infrastruktur jalan untuk pengangkutan batubara juga belum siap. Karena itu, demi mendukung produksi batubara, pemerintah sedang membangun enam proyek rel kereta api batubara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News