Reporter: Handoyo | Editor: Edy Can
JAKARTA. Banjir yang melanda wilayah sepanjang Sungai Bengawan Solo akan berdampak pada produktivitas padi nasional. Sebab, terdapat 600.000 hektare lahan pertanian di wilayah tersebut.
Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir membeberkan, sudah ada 10 kabupaten yang tergenang akibat banjir. "Ini baru awal dan kemungkinan akan lebih meluas lagi," ujar Winarno kepada KONTAN (4/1).
Meski belum memperoleh data akibat banjir ini, Winarno memprediksikan dampak banjir ini tidak akan separah tahun lalu. Sebagai catatan, pada tahun 2010 lahan pertanian yang terendam banjir mencapai 100.000 hektare hingga 200.000 hektare.
"Besar kecilnya lahan yang terkena banjir pasti berdampak pada produkstivitas beras nasional," terang Winarno. Lahan pertanian yang terendam banjir diperkirakan sudah memasuki umur 2-3 bulan.
Namun Winarno menganggap impor beras belum perlu dilakukan akibat banjir ini. Dia beralasan cadangan beras masih ada apalagi sentra produksi padi seperti di Karawang Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan sudah mulai panen pada Februari 2012 mendatang.
Wakil Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Rachmat Pambudi memperkirakan, lahan yang terendam banjir tidak lebih dari 1.000 hektare. "Kalau cakupannya nasional masih belum berdampak tetapi kalau regional pasti sangat berpengaruh," kata Rachmat.
Bagi masyarakat Solo dan sekitarnya, dampak banjir ini pasti mengakibatkan harga beras naik. Winarno mencatat harga gabah kering giling (GKG) saat ini Rp 5.500 per kg, naik 22,22% dibandingkan awal bulan Desember 2011 lalu sebesar Rp 4.500 per kg. Ia mengatakan naiknya harga GKG ini dikarenakan faktor suplai yang terbatas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News