Reporter: Asnil Bambani Amri |
JAKARTA. Produksi minyak nilam, salah satu produk minyak atsiri unggulan negara ini, terancam anjlok karena cuaca yang tidak menentu.
"Perkebunan nilam menjadi tidak produkstif dalam kondisi cuaca seperti ini," kata Togar R. Manurung, Ketua Ketua Umum Asosiasi Minyak Atsiri Indonesia di Jakarta, Rabu (27/10).
Togar menyebutkan, dampak cuaca itu membuat diprediksi produksi 1500 ton tahun ini hanya sekedar cita-cita. Cuaca dengan curah hujan yang tinggi membuat perkebunan nilam tidak bisa produktif dan hanya bisa memproduksi separuhnya saja. "Paling banyak produksi sampai akhir tahun hanya 800 ton," terang Togar.
Hasil pemetaan dari Kementerian Perdagangan, terdapat 14 daerah penghasil minyak Atsiri di Indonesia yaitu, Nanggroe Aceh Darussalam NAD), Sumatera Barat, Sumuatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Riau, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah.
Daerah yang terbesar memproduksi atsiri itu antara lain; NAD terdapat 16 sentra minyak atsiri yang ditanam seluas 2162 hektare (ha) untuk nilam,11629 ha untuk pala dan 2401 ha untuk serei wangi. Di Sumatera Utara terdapat areal seluas 2162 ha untuk nilam dan 150 ha. Sedangkan di Sumbar terdapat 4756 ha untuk pala, 3637 ha untuk nilam dan panili dan serei wangi seluas 20 ha.
Sedangkan di Sulawesi Utara terdapat 9833 ha untuk tanaman pala dan di Sulawesi Selatan seluas 2525 ha. Sedangkan di Sumatera Selatan setidaknya terdapat 3219 ha untuk nilam dan di Lampung seluas 601 ha. Sedangkan di pulau Jawa tersebar jenis minyak atsirinya lebih beragam diantaranya adalah cengkeh, kenanga, adas, terpentin dan juga gambir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News