kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi mobil listrik perlu ditopang kesiapan teknologi


Rabu, 23 Mei 2018 / 20:45 WIB
Produksi mobil listrik perlu ditopang kesiapan teknologi
ILUSTRASI. Menperin Airlangga Hartarto mencoba mobil listrik Mitsubishi


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Percepatan pengembangan produksi mobil listrik di dalam negeri perlu didukung kesiapan penerapan teknologinya. Untuk itu, Kementerian Perindustrian mendorong sejumlah pelaku manufaktur otomotif dan pihak perguruan tinggi terus melakukan kegiatan riset dalam menghasilkan inovasi teknologi.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memaparkan teknologi mobil listrik itu ada macam-macam tipe, antara lain plug in hybrid, hybrid, dan electric vehicle. Menurutnya, beberapa manufaktur otomotif di Indonesia telah siap berinvestasi untuk mengembangkan kendaraan emisi karbon rendah (low carbon emission vehicle/LCEV) atau mengusung konsep ramah lingkungan, termasuk mobil listrik.

“Misalnya, Mitsubishi yang telah menghibahkan 10 mobil listrik kepada pemerintah Indonesia untuk dilakukan studi bersama mengenai teknologinya. Kemudian, Toyota juga tengah melakukan studi bersama dengan melibatkan UI, UGM, ITS dan ITB yang akan mempelajari teknologi berbagai tipe mobil listrik,” papar Airlangga di Rumah Dinas Menteri, Kompleks Widya Candra, Senin (22/5).

Airlangga menilai, salah satu kunci pengembangan mobil listrik itu berada di teknologi energy saving, yaitu penggunaan baterai. “Indonesia punya sumber bahan baku untuk pembuatan komponen baterai, seperti nikel murni,” ujarnya.

Artinya, nikel murni tersebut bisa diproduksi dan diolah di dalam negeri. “Bahkan, sudah ada industri pengolahan nikel murni yang berinvestasi di Morowali dan Halmahera. Selain itu, ada satu bahan baku lainnya, yakni kobalt yang juga dapat mendukung pembuatan baterai. Potensi kobalt ini ada di Bangka,” imbuh Airlangga.

Dengan ketersediaan dua sumber bahan baku tersebut, Airlangga meyakini, teknologi baterai untuk mobil listrik dapat dikuasai terlebih dulu. Seiring penerapan teknologi tersebut, mobil yang ramah lingkungan juga bisa menggunakan fuel cell atau bahan bakar hidrogen.

“Nah, ini menjadi salah satu renewable energy yang sedang kita dalami. Kemperin telah bekerjasama dengan Fraunhofer dan Tsukuba University untuk melakukan litbang terhadap jenis ganggang tertentu dengan Palm Oil Mill Effluent (POME) yang bisa menghasilkan biofuel,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×