Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi pakan ternak tahun depan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan 6%-8% dibandingkan tahun ini yang diperkirakan akan ditutup di 19,4 juta ton pakan. Dalam perhitungan pihak industri, produksi pakan tahun depan bisa capai 20,3 juta ton.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Desianto Budi Utomo menyampaikan pertumbuhan tersebut dikarenakan proyeksi ekonomi masyarakat Indonesia terus mengalami pertumbuhan 5,2% setiap tahun, sehingga kebutuhan pada protein hewani, terutama ayam, ikut mengiringi.
Adapun dalam hal pakan ayam, Desianto mengakui, pihaknya terus melakukan penyesuaian porsi jagung pada pakan menggunakan metode least cost formulation alias mencari alternatif jagung pada komposisi pakan. "Pemakaiannya terbatasi, mungkin saat ini 35%-40%," katanya, Kamis (13/12).
Sisa komposisi pakan tersebut adalah fortifikasi, soybean meal yang berasal dari impor dan bahan alternatif seperti gandum, sorghum, katul dan singkong.
Perhitungan dan alternatif komposisi ini menjadi penting karena 90% dari pengusaha yang tergabung dalam GPMT bergerak dalam sektor poultry. Adapun harga jagung yang kian naik membuat pengusaha harus siap mencari opsi lain. Menurut Desianto, porsi 30%-40% jagung pada pakan menjadi titik baru yang bisa pengusaha dan petani jagung terima, asal harga jagung tidak melebihi Rp 6.100 per kilogram.
Apalagi akibat kelangkaan jagung pada pertengahan tahun dan kenaikan valuasi dollar menyebabkan komponen impor pakan sempat naik, sehingga harga pakan sempat melambung dan efeknya harga ayam juga ikut naik.
Untuk posisi saat ini, harga pakan menurut Desianto sudah naik Rp 600- Rp 800 per kilogram di Desember dibanding awal tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News