Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini serapan gabah atau beras oleh Bulog diprediksi akan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Hingga akhir tahun Bulog menargetkan akan menyerap gabah/beras sebesar 2,3 juta - 2,5 juta ton.
Padahal, dibandingkan tahun sebelumnya serapan bulog mencapai 2,9 juta ton. Dwi Andreas Pengamat Pertanian IPB mengatakan rendahnya serapan bulog tersebut merupakan bukti bahwa produksi gabah nasional tidak sesuai dengan apa yang dikabarkan selama ini.
Pasalnya, bila angka produksi gabah meningkat, seharusnya harga tidak meningkat pesat dan Bulog masih mampu menyerap gabah dari petani. Padahal, selama ini Kementerian Pertanian (Kemtan) selalu mengatakan Indonesia mengalami surplus beras.
"Harga gabah yang tinggi kan karena produksinya terbatas.. Saat ini harga gabah naik, padahal kan Bulog harus membeli sesuai dengan Inpres Rp 3.750 per kg. Terakhir juga sudah dinaikkan 10% dari Rp 3.750 per kg, ya sekitar Rp 4.100 per kg, tetapi kan harga gabah sudah di atas Rp 4.000 sampai Rp 5.000 per kg," ujar Dwi, Rabu (26/10).
Menurut Dwi, bila serapan gabah/beras Bulog rendah, maka cadangan beras untuk rastra turut melemah. Padahal, menurutnya beras rastra memegang peranan yang penting dalam stabilisasi pangan.
"Kalau cadangan bulog menurun lalu mereka tidak memiliki beras yang mencukupi, ini secara psikologis mempengaruhi harga beras nasional juga. Diharapkan ini tidak menimbulkan kepanikan yang tidak kita inginkan," kata Dwi.
Sementara itu, Dwi pun tidak mengatakan masih ada kemungkinan dilakukan impor beras. Dia bilang, hal pertama yang harus dibenahi adalah data produksi gabah/beras nasional. Apalagi harga beras terus menanjak sejak Juli lalu. Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) pun tidak terlalu berpengaruh menekan kenaikan harga gabah.
"Karena ada masalah sehingga harus ada tindakan tertentu terkait itu. Tindakannya kan adalah penambahan stok. Kalau penambahan stok ada 2, 1 dari stok dalam negeri, dan kedua dari impor," terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News