kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produktivitas kopi kurang sedap


Jumat, 27 April 2018 / 13:49 WIB
Produktivitas kopi kurang sedap
ILUSTRASI. Petani memetik biji kopi


Reporter: Abdul Basith | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus berupaya menggenjot produktivitas tanaman kopi dalam negeri. Sebab, sebagai salah satu komoditas ekspor unggulan, pemerintah menilai produktivitas tanaman kopi di Indonesia masih bermasalah.

Dengan produktivitas yang rendah, ekspor kopi Indonesia dikalahkan negara lain. "Produksi kopi Vietnam kini sudah melampaui kopi Indonesia," tandas Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Kamis (26/4).

Berdasarkan data Kementerian Koordinator Perekonomian, Vietnam telah menggeser Indonesia sebagai produsen kopi terbesar dunia. Hal tersebut bukan karena luas kebun kopi mereka, melainkan karena produkvitas tanaman kopi yang lebih baik dari Indonesia.

Saat ini, produktivitas kopi Indonesia rata-rata hanya sebesar 1 ton atau maksimal 1,2 ton per hektare (ha). Sementara Vietnam dapat memproduksi kopi rata-rata sebanyak 3,2 ton hingga 3,5 ton tiap hektare.

Untuk itu, Darmin bilang, Indonesia perlu meningkatkan produktivitas tanaman kopi. Apalagi saat ini konsumsi kopi dunia terus meningkat tiap tahun. "Konsumsi dunia dalam 30 tahun akan naik 2 kali lipat sehingga produktivitas perlu diperbaiki 3 hingga 4 kali lipat," terang Darmin.

Selain produktivitas yang rendah, masalah di industri kopi Indonesia saat ini adalah minimnya pengolahan kopi di dalam negeri. Darmin bilang selama ini banyak kopi lokal yang manfaatnya justru dirasakan negara lain karena kerap diekspor dalam bentuk biji kopi dan pengolahannya dilakukan di negara lain.

Maka itu, pemerintah berjanji untuk mengembangkan pengolahan kopi Indonesia. "Pengembangan pengolahan supaya nilai tambahnya lebih besar, sekarang ada pengolahan tapi alatnya masih dari luar negeri," jelas Darmin.

Dengan minimnya industri pengolahan kopi, negara produsen kopi seperti Indonesia hanya menikmati kue ekonomi kopi sebesar 10% dari total konsumsi dunia. Dengan nilai produksi kopi dunia total sebesar US$ 24 miliar, nilai konsumsi dunia mencapai US$ 240 miliar.

Selain mendorong ekspor, Darmin berharap konsumsi kopi dalam negeri juga terus meningkat. Dengan konsumsi lokal yang tinggi, maka jika kemudian harga kopi dunia jatuh, bisa tertahan konsumsi domestik.

Produksi naik

Pada tahun ini, produksi kopi Indonesia diperkirakan akan kembali naik. Peningkatan produksi terjadi didukung oleh cuaca yang lebih baik. Sebelumnya produksi kopi Indonesia sempat anjlok akibat faktor cuaca. "Produksi tahun ini akan membaik sekitar 660.000 ton hingga 690.000 ton," ujar Ketua Kompartemen Industri dan Specialty Kopi, Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEIKI), Moelyono Soesilo.

Walau naik, namun angka produksi kopi tersebut masih belum mencapai angka produksi tertinggi pada 2015, yang menyentuh 700.000 ton.Hal itu terjadi karena pertumbuhan produksi kopi Indonesia melambat. Pertumbuhan produksi kopi Indonesia saat ini hanya 3,5%, padahal sebelumnya sempat mencapai 6%.

Dengan perkiraan produksi kopi sebesar 660.000 ton–690.000 ton, kinerja ekspor kopi 2018 juga akan terdorong. "Dibanding tahun kemarin, ekspor kopi tahun ini lebih naik," jelasnya.

Jika pada tahun lalu ekspor kopi Indonesia sebesar 320.000 ton, maka tahun ini diperkirakan akan naik menjadi 350.000 ton. Dengan perkiraan itu maka porsi ekspor kopi lebih tinggi dari konsumsi domestik. Ke depan, AEIKI berharap konsumsi kopi domestik akan terus tumbuh setiap tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×