Reporter: Nurmayanti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Begitulah agaknya niat pemerintah dan produsen menjual Minyakita di harga Rp 6.000 per liter. Minyakita adalah minyak goreng curah berbentuk kemasan hasil rembukan pemerintah dan produsen.
Alih-alih akan menjual Minyakita seharga Rp 6.000 per liter sesuai kesepakatan awal, produsen malah akan menjualnya di kisaran Rp 9.000 hingga Rp 10.000 per liter.
Produsen beralasan, mereka tak bisa menjual Minyakita di harga Rp 6.000 karena mereka tergencet kenaikan harga minyak mentah atau crude palm oil (CPO). Harga sekitar Rp 6.000 sekilo dibuat saat harga CPO berada di kisaran US$ 450 per ton, yakni pada kuartal keempat 2008. Namun, kini harga CPO di pasar internasional sudah naik ke kisaran US$ 550 per ton.
“Kami akan menjual Minyakita dengan harga Rp 9.000 hingga Rp 10.000 per liter, sudah termasuk nilai yang disubsidi. Kami tak bisa menjual di harga Rp 6.000 per liter karena minyak ini sudah kami kemas, dan kualitasnya di atas minyak curah karena lebih higienis,” ujar Vimana Putra, General Manager PT Musim Mas Group, Kamis (19/2). PT Musim Mas Group adalah satu dari 24 produsen Minyakita.
Vimana menambahkan, harga CPO yang fluktuatif sejak awal tahun bakal mempengaruhi harga Minyakita. Meski harga Minyakita dari produsen sama, Vimala memastikan itu bukan merupakan kesepakatan dari para produsen. Acuan harga jual produsen Minyakita ke pasar sebesar Rp 9.000 hingga Rp 10.000 per liter di tingkat eceran berdasar asumsi harga CPO di kisaran US$ 500 per ton.
Saat ini, Musim Mas menargetkan akan memproduksi 2 juta liter Minyakita perbulan. Produk ini berasal dari tiga pabrik mereka di Jakarta dan Medan.
Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga mengatakan, produksi Minyakita bersifat sukarela. Buktinya, dari 21 perusahaan yang tergabung dalam GIMNI, yang berniat memproduksi Minyakita hanya sekitar 13 produsen. “Dari 13 perusahaan itu, baru delapan produsen yang mengaku siap memasok Minyakita di Februari ini. Sementara lima perusahaan lainnya kemungkinan baru siap Maret. Makanya, saat ini produk ini belum bisa dijual secara komersil,” jelas Sahat.
Produsen tak dapat langsung memproduksi Minyakita sebab mereka butuh investasi tambahan yang mencapai Rp 400 juta buat kemasan. Namun, Sahat memastikan, dalam waktu dekat, kemungkinan di bulan April, 13 produsen serentak akan memproduksi Minyakita. Dengan begitu, hasil produksi mereka bisa segera masuk pasar eceran.
Soal harga, Sahat memperkirakan, bila nilai tukar rupiah mencapai Rp 12.000 per dolar AS, maka harga CPO ke pabrik minyak goreng akan mencapai Rp 7.200 per kilogram. Dengan begitu, harga jual Minyakita dari produsen juga akan lebih mahal dari perkiraan semula. “Kemungkinan, harga minyak goreng dari pabrik bisa Rp 8.400 per liter,” jelas Sahat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News