kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Produsen Panadol bidik pertumbuhan 20% di 2015


Kamis, 11 Desember 2014 / 08:35 WIB
Produsen Panadol bidik pertumbuhan 20% di 2015


Reporter: Merlinda Riska | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina

JAKARTA. Perusahaan farmasi asal Inggris GlaxoSmithKline (GSK) membidik pertumbuhan pendapatan 20% di pasar Indonesia pada tahun depan. Melalui PT Sterling Product Indonesia, perusahaan itu berencana menerapkan dua strategi bisnis.

Pertama, fokus pada kategori produk. Perlu Anda ketahui, GSK memiliki empat kategori produk yakni Oral Health (kesehatan mulut), Wellness (kesehatan), Nutrition (nutrisi) dan Skin Health (kesehatan kulit).

Empat kategori produk itu memiliki ratusan merek produk. Tiga diantaranya adalah Panadol, Sensodyne dan Scott's.

Hingga saat ini, porsi kontribusi penjualan empat produk itu di Indonesia adalah 44% Oral Health, 41% Wellness, 13% Nutrition dan sisanya 2% Skin Health. Manajemen PT Sterling Product masih menaksir porsi kontribusi sama tahun depan.

President Director GSK-Sterling Product Indonesia Pawan Sud beralasan, porsi kontribusi produk Skin Health masih mini karena produk itu paling baru masuk pasar Indonesia. "Sehingga masih butuh branding awareness dan inovasi produk agar sesuai dengan pasar Indonesia," ujar Pawan dalam wawancara khusus dengan KONTAN, Rabu (10/12).

Sayang, GSK enggan menyebutkan nilai investasinya untuk mengembangkan bisnis di Indonesia. Yang pasti nilai investasi itu untuk mendanai kegiatan riset dan pengembangan, belanja iklan serta produksi.

Strategi kedua, fokus pada target pasar. Sasaran GSK adalah dokter, konsumen ritel serta distributor atau retailer.

Rupanya GSK juga membedakan konsumen ke dua jenis yakni consumer dan shopper. "Terkadang consumer membeli produk yang ditentukan oleh shopper, maka itu produk kami harus betul-betul melekat di benak shopper dan consumer agar keduanya punya pemahaman yang sama," terang Pawan.

Oleh karena itulah, GSK biasa menggenjot kampanye iklan atas sebuah produk. Lamanya kampanye iklan ini sekitar dua sampai tiga tahun. 

Sementara mengenai jejaring pemasaran, perusahaan itu mengklaim saat ini sudah mendekap 300.000 distributor langsung. Plus, 90.000 franchise pihak ketiga, dengan total 2,4 juta gerai yang terdiri dari distributor dan retailer.

Dalam perhitungan bisnis  GSK, Indonesia adalah satu dari enam pasar terpenting. Lima pasar terpenting lain adalah India, China, Nigeria, Brazil dan Amerika Serikat.

Hitungan bisnis itu sekaligus menandai peran Indonesia yang menjadi satu-satunya negara di wilayah Asia Tenggara yang telah memberikan kontribusi pendapatan cukup signifikan bagi GSK. Sayang, GSK tak berbagi informasi besaran kontribusi pendapatan yang dimaksud.

Pawan memilih menjelaskan katalis positif bisnis di Indonesia. Antara lain pertumbuhan ekonomi yang menarik dan  jumlah penduduk yang besar dengan komposisi demografi menguntungkan. "Karena itulah kami menargetkan pertumbuhan agresif yakni di atas 20% pertahunnya. Termasuk tahun depan," ujar Pawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait


TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×