kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Produsen ponsel global mulai membangun pabrik


Kamis, 22 Januari 2015 / 12:16 WIB
Produsen ponsel global mulai membangun pabrik


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Tenggat waktu para importir ponsel harus mendirikan pabrik di Indonesia tinggal menghitung hari. Sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 82 tahun 2012 tentang Ketentuan Impor Telepon Seluler, hingga akhir 2015 importir ponsel wajib membuat pabrik ponsel di dalam negeri.

Ignatius Warsito, Direktur Industri Elektronika dan Telematika Kementerian Perindustrian (Kemperin) Rabu (21/1) menjelaskan, sesuai dengan beleid tersebut, importir telepon seluler harus membangun pabrik merek sendiri di dalam negeri.

Nah, bila sampai batas waktu akhir tahun ini ternyata importir tidak bisa membangun pabrik perakitan ponsel, Kementerian Perdagangan langsung mencabut izin importir terdaftar mereka.

Langkah ini sebagai antisipasi untuk mengurangi angka impor ponsel yang selalu menanjak. Selain itu, pemerintah juga ingin menjadikan Indonesia tidak cuma dipandang sebagai negara konsumen, semata tapi juga sebagai basis produksi ponsel. 

Beberapa pemain ponsel global sudah mengantisipasi aturan tersebut. Produsen ponsel asal Korea Selatan, Samsung dan asal Tiongkok, Oppo dan Haier sudah berinvestasi membangun pabrik ponsel di Indonesia.

Samsung telah berinvestasi US$ 20 juta untuk membangun pabrik di Indonesia. Pabrik di  kawasan industri Jababeka ini sengaja dibangun sebagai substitusi impor ponsel Samsung yang rata-rata berjumlah 800.000 unit sampai satu juta unit per bulan.

Sedangkan Oppo sudah berinvestasi US$ 30 juta untuk membangun pabrik di Tangerang. Pabrik dengan kapasitas 500.000 unit per bulan ini  sudah siap operasi Maret 2015.
Sementara itu Haier, kata juga janji berinvestasi pabrik ponsel di Indonesia senilai US$ 50 juta. Namun belum ada kepastian berapa kapasitas produksi pabrik tersebut termasuk kapan dibangun. 

Eric Setiadi, Direktur Pemasaran PT LG Electronics Indonesia bilang pihaknya patuh terhadap segala peraturan pemerintah. "Kami pasti mengikuti aturan pemerintah," ujar Eric usai jumpa dengan Kementrian Perindustrian, Rabu (21/1).  Tapi, Ia tidak memastikan apakah LG akan membangun pabrik ponsel. 

Yang jelas, LG masih mengimpor ponsel dari Korea Selatan. Warsito mengatakan pangsa pasar ponsel LG saat ini baru sekitar 2%-3% dari total penjualan ponsel di Indonesia.

Adapun saat ini, LG baru mengajukan proposal pembangunan pabrik. "Saya kira kalau pangsa pasarnya tidak begitu besar, mereka sulit investasi, tapi mereka bisa memakai pabrik elektronik yang sudah ada di sini," katanya.

Dalam catatan Kementerian Perindustrian, importir ponsel iPhone dan BlackBerry juga belum memastikan apakah membangun pabrik di Indonesia atau tidak. PT Erajaya Swasembada Tbk, selaku pemasok kedua merek tersebut tidak merespon panggilan dan pesan singkat dari KONTAN untuk menanggapi hal ini.

Kemperin mencanangkan pada 2017 nanti, Indonesia sudah memproduksi 50% dari impor ponsel nasional. "Pada 2017 produksi ponsel Indonesia bisa 35 juta unit," ujarnya
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian impor ponsel 2014 sebesar 54 juta unit, turun dari 2013 yang sebesar 63 juta unit. 

Adapun kapasitas produksi ponsel saat ini adalah 1,2 juta unit per bulan atau 14,4 juta unit per tahun. "Kalau Samsung, Oppo dan Haier itu beroperasi bisa 1,5 juta unit per bulan," timpal Warsito.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×