Reporter: Azis Husaini |
JAKARTA. Petani tembakau belum sepenuhnya lega meski keputusan World Trade Organization (WTO) menyatakan aturan pemerintah Amerika Serikat, Family Smoking Prevention Tobacco Control Act itu sangat diskriminatif. Maklum, tekanan terhadap industri rokok di Tanah Air juga tak kalah beratnya.
Saat ini, pemerintah sedang menyusun Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pengamanan Produk Tembakau sebagai Zat Adiktif bagi Kesehatan. Beleid ini secara langsung akan menghentikan penjualan rokok, khususnya rokok kretek dianggap memiliki kadar TAR dan nikotin tinggi.
Koordinator Nasional Komunitas Kretek Abhisam DM mengatakan, perusahaan rokok kecil yang mayoritas memproduksi rokok kretek tentu akan mati secara perlahan-lahan akibat aturan itu. "Kami tegas menolak aturan itu," katanya saat berkunjung ke KONTAN, Rabu (4/4) lalu.
Aturan yang mewajibkan produsen untuk memproduksi rokok dengan kadar tar dan nikotin rendah dipastikan akan membuat ongkos produksi membengkak. Karena itu, Abhisam menilai aturan tersebut hanya mengakomodir perusahaan rokok besar yang sejauh ini lebih banyak memproduksi rokok putih dan mengklaim memiliki kadar tar dan nikotin rendah.
Tinggal 70 produsen
Ketua Forum Perusahaan Rokok Kretek Kudus, Hafash Gunawan, sepakat dengan Abhisam. Dia bilang, di Kudus sebagian besar perusahaan rokok kretek kecil sudah diakuisisi atau menjadi binaan produsen rokok besar untuk memproduksi rokok mereka.
Padahal pada 2005 silam, ada sekitar 500 produsen rokok kretek yang masih mampu bertahan. "Sekarang tinggal 70 produsen rokok kretek yang memiliki merek sendiri," katanya.
Hafash menjelaskan, sebelum adanya aturan soal larangan merokok, produsen rokok kretek menguasai pasar di Kudus. Namun sejak lahirnya aturan pelarangan itu banyak produsen yang tidak bisa lagi mempertahankan bisnisrokok kreteknya.
Dengan matinya produsen rokok kretek otomatis akan mengurangi pasokan tembakau. Ketua Asosiasi Petani Tembakau Jawa Tengah, Agus Pamuji mengatakan, cara ini memang sudah dirancang oleh perusahaan rokok besar yang sebagian sudah dikuasai asing itu. "Sejauh ini pasokan tembakau kami, ya, ke produsen rokok kretek. Kalau mereka mati, kami juga mati," ungkapnya.
Apalagi sekarang muncul anjuran yang kian meresahkan petani tembakau. Beberapa kepala daerah menganjurkan petani tembakau mengganti bibit tembakau yang sehat dari Amerika Serikat bernama virginia.
Hal itu dibenarkan Mohammad Khoudari, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Jawa Timur. Dia bilang saat ini petani tembakau di Pamekasan, sentra tembakau di Jawa Timur, sudah diminta untuk menanam tembakau virginia. "Mereka itu menggunakan Pemda untuk memasarkan. Katanya tembakau virginia lebih sehat," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News