Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) meminta pemerintah agar tidak terpedaya dengan tuduhan yang menyatakan bahwa mahalnya bahan baku dalam negeri menghambat ekspor.
Karena, selama ini pemerintah telah memfasilitasi eksportir melalui kawasan berikat dan fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) sehingga impor bahan baku tidak dikenakan segala jenis Bea Masuk maupun PPN.
Sekretaris Jenderal APSyFI, Redma Gita Wirawasta menyatakan bahwa tudingan mahalnya harga bahan baku menjadi penyebab terhambatnya ekspor adalah sangat keliru.
“Ini kan hanya statement importir pedagang yang ingin pemerintah membuka kran impor seluas-luasnya agar mereka bisa membanjiri pasar domestik, bukan buat ekspor” tegasnya dalam siaran persnya, Kamis (26/7).
APSyFI menilai bahwa kebijakan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang menimbang kepentingan hulu-hilir sudah sangat tepat. Redma menuding bahwa isu mahalnya bahan baku menghambat ekspor adalah isu yang sengaja dilontarkan oleh importir pedagang untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah agar kran impor kembali diperlebar.
“Kementerian Perindustrian sudah sangat paham karena memang tahu betul data, fakta dan para pemain dilapangan, tinggal Perdagangan dan Keuangan saja yang belum paham” katanya.
APSyFI meminta pemerintah segera memperbaiki tata niaga perdagangan sektor TPT didalam negeri agar terjadi persaingan yang fair antara produk lokal dengan produk impor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News